Puasa dan Kerukunan Umat Beragama

(Ilustrasi Kegiatan Buka Puasa Bersama)

Kerukunan umat beragama di Indonesia bukanlah hal baru. Keramahtamahan, gotong royong dan kenduri selamatan sudah menjadi karakter sejak zaman nenek moyang pun merupakan wujud dari semangat kerukunan.

Sepanjang perjalanan bangsa ini, kita telah melihat kerukunan yang terus tumbuh. Memang terdapat sejumlah gesekan akibat pendirian rumah ibadah maupun politik praktis, namun tidak sampai merusak nilai-nilai kerukunan.

Awal Ramadan 1444 Hijriah ini pun kita menyaksikan kerukunan beragama yang tinggi antarumat beragama di Indonesia. Shalat tarawih pertama pada tanggal 23 Maret 2023 bertepatan dengan menjelang berakhirnya Hari Raya Nyepi umat Hindu ternyata tidak mengurangi kemeriahan dan kekhusyukan beribadah umat Islam maupun umat Hindu.

Umat Islam di seluruh Indonesia tetap bisa salat tarawih di masjid atau di rumah. Begitu juga umat Hindu, mereka dapat melaksanakan hari Raya Nyepi yang dimulai pada tanggal 22 Maret 2023 dini hari dengan lancar dan khusyuk.

Kementerian Agama memegang peranan penting dalam menciptakan iklim yang sejuk dan damai, ini terutama karena berjalinannya trilogi kerukunan, yaitu kerukunan intern umat beragama, antar umat beragama dan umat beragama dengan pemerintah. Umat Islam Indonesia juga dapat menjaga kerukunannya sejalan dengan penentuan awal Ramadan 1444 H. dan alhamdulillah, semua pihak dapat sepakat untuk memulai Ramadan 1444 H pada hari Kamis, 23 Maret 2023.

Dalam sidang isbat di Kantor Kementerian Agama pada hari Rabu, 22 Maret 2023 telah dilaksanakan musyawarah untuk menentukan awal puasa Ramadan 1444 H. Pemerintah memfasilitasi suatu pertemuan dan silaturahmi untuk menentukan awal Ramadan 1444 H. Dan terjadi kesepakatan dan pemahaman bersama bahwa puasa Ramadan 1444 H jatuh pada hari Kamis, 23 Maret 2023. Semua orang merasa bersyukur dan lega karena bisa memulai ibadah Ramadan dengan bersama-sama. Baik yang berpaham hisab maupun rukyat dapat memulai puasa dengan Bersama-sama.

Keputusan itu bukan kemenangan satu pihak. Justru, ini merupakan jalan tengah bagi kemenangan bersama. Sebab, di satu sisi awal Ramadan dapat dimulai bersama-sama oleh umat Islam, namun di sisi lain juga tidak mengganggu kekhidmatan umat Hindu yang sedang menjalani Hari Nyepi. Tidak mengherankan jika pelaksanaan tarawih pertama di dimana-mana berjalan baik, dan tetap bisa menjaga kerukunan umat Islam dan umat Hindu di Bali dan di wilayah-wilayah lainnya juga bisa melaksanakan Hari Raya Nyepi dengan khidmat.

Semangat kerukunan itu pula yang semestinya terus dibangun oleh semua pihak, karena ibadah Ramadan dan Hari Nyepi memang bukan hanya untuk meningkatkan kesalehan ritual individual, namun juga kesalehan sosial. Maka, ini menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk menjadi paling depan dalam menunjukkan kerukunan dan persaudaraan antar umat beragama.

Harus diakui, bahwa hingga kini, masih ada saja ada sekelompok umat beragama yang tidak mau memahami keberadaan umat Islam sebagai umat mayoritas dengan mengecilkan peran-peran umat Islam dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia.

Umat Islam yang mayoritas di beberapa tempat masih menghadapi kendala dalam melaksanakan ibadah maupun peran sosial lainnya. Padahal tingkat toleransi umat Islam Indonesia termasuk yang paling banyak mendapat apresiasi oleh dunia internasional dan mendudukkan Indonesia termasuk negara yang demokratis.

Di beberapa kasus, ada sejumlah pihak yang selalu mengaitkan masalah kriminal ataupun sosial umum ke isu agama. Padahal bisa jadi isu awalnya sebenarnya bukan masalah agama, namun masalah politik atau ketimpangan ekonomi dan social. Hal inilah yang kemudian menjadi berbahaya karena amat mudah menyulut emosi masyarakat dan memancing kerawanan sosial.

Karena itu himbauan Ketua Komisi VIII DPR RI dalam sambutan setelah sidang Itsbat menentukan awal Ramadan 1444 H tanggal 22 Maret 2023 di kantor Kementerian Agama yang lalu agar semua pihak menghormati umat Islam yang sedang berpuasa ini layak untuk diperhatikan.

Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi mengimbau kepada masyarakat agar tidak makan dan minum di ruang publik selama bulan Ramadan 1444 H/2023. Imbauan itu dikeluarkan agar masyarakat dapat menghormati pihak-pihak yang tengah melaksanakan ibadah puasa Ramadan.

Ia meminta agar seluruh umat beragama menghargai mereka yang berpuasa, agar mereka yang tidak berpuasa jangan makan minum di ruang publik, demi menjaga atau menghormati mereka yang berpuasa.

Ashabul Kahfi juga mengimbau agar masyarakat dapat menjadikan puasa Ramadan sebagai wadah pemersatu umat. Untuk itu, seluruh pihak diharapkan dapat menjaga ketertiban dan keamanan. Menurutnya, puasa harus menjadi wadah pemersatu seluruh umat, di dalamnya ada banyak hal yang perlu diteladani, termasuk bagaimana menghargai antar dan intra umat.

Ramadan tahun ini menjadi momentum untuk kembali menguatkan kerukunan dan solidaritas umat beragama, baik di internal umat beragama, antara umat beragama maupun umat beragama dengan pemerintah.

Semua pihak harus menyadari bahwa kerukunan harus dikuatkan demi menghadapi tantangan zaman yang amat berat sekarang ini. Apalagi tahun ini adalah tahun politik menghadapi Pemilu tahun 2024. Karena itu semua pihak harus bisa umat beragama yang terbaik dan dapat menghormati agama lain karena pada sisi lain mereka juga ingin agamanya juga dihormati.

Harus diakui bahwa umat muslim di Indonesia adalah mayoritas, karena itu perlu ada kedewasaan dari semua pihak, termasuk dari kalangan minoritas, agar umat mayoritas ini dapat dengan nyaman melaksanakan ibadah puasa ini dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana juga kalangan mayoritas amat menjaga kerukunannya dengan masyarakat Hindu sehingga umat Hindu di Indonesia dalam melaksanakan Hari Nyepi dengan lancar dan hikmat.

Untuk menjaga spirit puasa Ramadan ini, maka kita mesti bisa menjaga agar puasa tidak hanya sekadar rutinitas semata, atau sekadar menggugurkan kewajiban perintah agama. Puasa harus dapat membangun kerukunan umat beragama di Indonesia agar masa depan Indonesia menjadi lebih baik.

Ayo kita jadikan Ramadan ini sebagai momentum merajut kasih kepada sesama manusia sebagai sesama hamba Allah SWT.

Lapangan Banteng, 24 Maret 2023.