PERJUANGAN MENGGAPAI HAJAR ASWAD

Masjidil Haram atau Baitullah memang mempesona. Ada daya tarik magis yang memanggil setiap umat Islam untuk datang mendekat. Setiap hari, setiap waktu, ribuan orang datang untuk melakukan shalat rawatib, shalat 5 kali sehari. Namun banyak juga yang umrah.

Apalagi saat musim haji tiba, jutaan orang akan bersimpuh di depan Ka’bah, shalat 5 waktu dan shalat sunnah lainnya, memohon ampunan Allah SWT dan melantunkan doa-doa agar dikabulkan Allah swt. Tak hanya itu, mereka juga ingin sekali bisa mencium atau sekedar menyentuh Hajar Aswad yang ada di Ka’bah.

*****

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi pusaran manusia yang mengelilingi Ka’bah masih tak juga surut. Semua jamaah laki-laki maupun perempuan, besar maupun kecil, kulit hitam atau putih semua mengelilingi kotak segi empat berselimut qiswah hitam dengan aksara Arab berbenang emas itu dengan semangat. Jamaah laki-laki harus menggunakan kain ihram putih, sedangkan kaum perempuan tidak harus berwarna putih, yang penting sesuai syariat.

Wajah mereka penuh semangat. Semua mencoba mendekati bangunan berwarna hitam itu. Ada semacam magnet di bangunan kubus itu yang menarik mereka untuk mendekat. Tak lupa asma Allah Yang Maha Agung dilantunkan. Labbaika Allahuma Labbaik. Labbaika La Syarika Laka Labbaik. Innal hamda wa nikmata la syarika laka labbaik.

Di tempat ini pula duka dan pilu yang tersembunyi di lubuk hati dan di dada setiap jemaah, bisa ditumpahkan. Inilah tempat terbaik untuk memohon agar Sang Khalik mengabulkan semua pintanya. Ini juga tempat terbaik untuk berkeluh kesah mengadukan segala persoalannya dan mengharap bimbingan dan hidayah Allah swt.

Di awal Oktober ini, suhu Makkah kadang masih mencapai 43 derajat, walau kadang angin bertiup kencang, tapi kulit masalah terasa disayat. Matahari terik membuat mata terasa perih. Namun ini tidak menyurutkan setiap jamaah untuk mendekat, merengkuh dan menyentuh Ka’bah yang begitu mempesona. Bahkan kalau bisa mencium Hajar Aswad yang konon punya bau khas aroma surga.

Pusaran tawaf itu berjalan dengan tertib dan seirama mengelilingi Ka’bah, tidak ada yang melawan arus. Semua tertib berjalan memutar kekiri sambil melantunkan kalimah talbiyah. Namun ketika sampai di suatu sudut yang terdapat Hajar Aswad, persis di dekat Pintu Ka’bah, terlihat kerumunan karena para jemaah sedang berjuang untuk menyentuh, mengusap dan bahkan mencium Hajar Aswad.

Terlihat seorang askar berbaju cokelat kehijauan, berbaret hitam, sibuk mengatur para jamaah yang berebut mendekat Hajak Aswad. Tidak hanya jamaah laki-laki yang berjuang keras, jamaah perempuan pun tidak mau kalah. Tidak hanya berbadan besar, yang berbadan kecil pun tidak mau kalah. Semua ingin mencium Hajar Aswad.

*****

Hajar aswad adalah batu hitam yang sempat memancing perang antar suku di lingkungan kaum Quraisy jahiliyah saat akan diletakkan di dinding Ka’bah. Mereka berebut, dan bersikeras bahwa sukunyalah yang paling berhak menempelkan batu hitam itu di sudut Ka’bah.

Setelah perdebatan hebat yang tiada berujung di antara mereka, karena tidak ada kata sepakat, mereka kemudian meminta kepada Muhammad, orang selama ini mereka percayai, untuk menentukan siapa yang paling berhak.

Muhammad kemudian membentangkan selembar kain dan meletakkan batu itu di atasnya, dan kemudian meminta setiap kabilah (suku) untuk memegang ujungnya. Dan secara bersamaan mereka menempelkan batu hitam itu di sudut Ka’bah.

Semua lega dan puas karena mereka semua merasa ikut menempelkan batu hitam itu. Tidak ada yang merasa menang sendiri dan tidak ada yang merasa dikalahkan. Semua happy dengan solusi yang ditawarkan oleh Muhammad tersebut. Dari sinilah kemudian kaum Quraisy memanggil Muhammad muda dengan gelar Al Amin, yang artinya orang yang dapat dipercaya.

Hajar Aswad (batu hitam) diyakini sebagai batu surga. Batu ini merupakan batu rubi yang diturunkan Allah dari surga melalui Malaikat Jibril.

Batu ini terletak di salah satu sudut Kabah, di dalam Masjidil Haram. Tepatnya di sudut tenggara bangunan Rumah Allah itu dan menjadi penanda dimulainya ibadah thawaf. Batu hitam itu terletak di sudut Selatan Kabah pada ketinggian 1,10 meter dari lantai Masjidil Haram berukuran panjang 25 cm dan lebar 17cm.

Sekarang ini, Hajar Aswad pecah menjadi delapan bongkah dan kedelapan bongkahan itu masih tersusun rapi pada tempatnya seperti sekarang. Gugusan yang terbesar berukuran sebuah kurma yang tertanam di batu besar lain dan dikelilingi oleh ikatan perak. Nabi Ibrahim AS lah yang membenamkan batu hitam itu di salah satu sudut Kabah.

*****

Lalu mengapa ada yang ingin mencium Hajar Aswad? Kenapa batu-batu lain yang banyak bertebaran di Makkah tidak ada yang ingin mencium?. Apalagi bebatuan di Makkah terlihat keras dan hitam mengkilat karena panas yang terik dan minimnya curah hujan.

Umar bin Chatab RA, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, pernah mengatakan bahwa dirinya mencium batu itu karena Nabi Muhammad SAW pernah menciumnya. Meski Nabi pernah mencium Hajar Aswad, tetapi amalan ini tidak dimasukkan ke dalam rukun haji atau umroh.

Hal ini mengacu perkataan Umar bin Khattab:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ جَاءَ إِلَى الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ فَقَبَّلَهُ فَقَالَ إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Artinya: Dari Umar, sesungguhnya ia (Nabi Muhammad) mendatangi Hajar Aswad, kemudian mencium Hajar Aswad dan berkata, aku mengetahui engkau adalah batu yang tidak akan memberikan faidah apapun, jika aku tidak melihat Nabi Muhammad menciummu, maka aku tidak akan menciummu. (Sahih Bukhari, 1494)

Di hadits lain juga disebutkan bahwa Hajar Aswad itu awalnya berwarna putih.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ الْحَجَرُ الْأَسْوَدُ مِنْ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنْ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ

Artinya: Dari Ibn Abbas, ia berkata Rasulullah bersabda, Hajar Aswad turun dari surga, berwarna sangat putih daripada susu, lalu berwarna hitam akibat dosa manusia. (Sunan Tirmidzi, 308)

Dalam hadits lain juga disebutkan juga disebutkan

وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّهُ كَانَ يُقَبِّلُ اَلْحَجَرَ اَلْأَسْوَدَ وَيَسْجُدُ عَلَيْهِ رَوَاهُ اَلْحَاكِمُ مَرْفُوعًا، وَالْبَيْهَقِيُّ مَوْقُوفًا 

Artinya: Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa ia (Nabi Muhammad) pernah mencium Hajar Aswad dan meletakkan dahi padanya. Hadis ini diriwayatkan oleh Hakim dengan status marfu’ dan Baihaqi dengan mauquf.

Sampai sekaprang Hajar Aswad itu menjadi sesuatu yang dicari oleh orang-orang yang pergi ke Baitullah. Hampir semua jamaah haji atau umrah berebut ingin mencium Hajar Aswad. Yang tidak berkesempatan mencium, cukuplah dengan memberikan isyarat lambaian tangan saja dari jauh.

*****

Banyak kisah, yang diceritakan dengan penuh semangat dan kadang membuat haru atau malah horror, tentang “perjuangan” mencium Hajar Aswad.

Seorang jamaah umrah asal Riau, mengisahkan bagaimana perjuangannya untuk menyentuh dan mencium Hajar Aswad. Ia baru bisa mencium Hajar Aswad setelah perjuangan yang ketiga kalinya. Jalan di depannya seperti terbuka lebar menuju Hajar Aswad padahal jamaah disekitarnya begitu padat.

“Setelah tiga kali berusaha, akhirnya Allah swt mengizinkan saya mencium Hajar Aswad. Alhamdulillah,” ujarnya dengan nada lega.

Ia memang sungguh ingin bisa menyentuh dan mencium Hajar aswad. “Saya melihat dari awal sudah terasa takjub. Rasanya ada magnit yang menarik jiwa dan raga saya,” tambahnya.

Pada usaha yang pertama, dia belum berhasil. Walaupun dilakukan di malam hari, mungkin karena masih awam dengan situasi di sekitar Ka’bah. Dia masih belum bisa mendekati Ka’bah. Setiap kali berusaha mendekat, selalu saja terdorong lagi ke tengah, menjauh dari Ka’bah. Akhirnya dia pasrah saja, tetapi masih menyimpan semangat untuk mencoba esok harinya.

Dia ingat apa kata Ustadz Hamdani Muhammad Amin, pembimbing umrahnya dari Detofa Travel, bahwa kalau niatnya kuat, Insya Allah akan dibukakan jalannya. Dan dia yakin dengan petuah itu. Maka dia akan coba lagi.

Di thawaf yang kedua, dia sudah cukup tahu situasi dan karakter jamaah yang thawaf. Saat putaran thawafnya yang ketiga, dia sudah bisa mendekati Multazam, namun belum bisa menyentuh Ka’bah. Namun setelah genap tujuh putaran, dia seolah tak percaya bahwa ia sudah berada sejengkal di samping Hajar Aswad. Dia julurkan tangannya untuk menyentuh batu hitam yang berasal dari surga ini. Alhamdulillah. Ada perasaan plong dan haru dia bisa menyentuh Hajar Aswad.

Dia memang punya semangat yang tinggi untuk bisa menyentuh dan mencium Hajar Aswad, karena selain masih muda, tenaga masih kuat juga untuk meneguhkan niat dalam beribadah umrah ini tetap lillahi ta’ala.

“Belum tentu lima tahun lagi akan mengalami hal seperti ini, makanya ini saatnya memohon ridho kepada Allah agar diberi kemudahan mencium Hajar Aswad” katanya dengan haru.

Ia juga berharap Allah Swt masih memberikan kesempatan untuk datang lagi ke Baitullah. Baik untuk ibadah haji maupun umrah. (guz)