Kisah Maestro Kaligrafi Didin Sirojuddin Mewujudkan PKA Lemka

Peminat kaligrafi melihat beberapa hasil karya yang dipamerkan

Apakah Anda ingin menjadi kaligrafer yang piawai. Masuklah Pesantren Kaligrafi Al-Quran Lemka.(PKA Lemka). Di sinilah tempat yang tidak diragukan lagi  untuk mewujudkan keinginan Anda.

PKA Lemka merupakan pesantren kaligrafi pertama di Indonesia. Dan mungkin saat ini satu-satunya pesantren kaligrafi di negara kita.

Ini menunjukkan PKA Lemka telah memperkaya variasi khazanah pesantren di Indonesia. Jadi, selain ada pesantren konvensional baik yang tradisional maupun yang modern, juga di samping pesantren tahfiz Al-Qu’ran, kini hadir pula pesantren khusus kaligrafi. Ini suatu perkembangan yang positif, baik dari segi corak dan variasi pesantren maupun kehadiran pesantren kaligrafi itu sendiri.

Didirikan oleh maestro kaligrafi terkenal Dr. H. Didin Sirojuddin Ar, M.Ag.  pada 9 Agustus 1998,  pesantren kaligrafi ini terletak di Kelurahan Karamat, Kec. Gunungpuyuh, Sukabumi, Jawa  Barat.

Ustadz Sirojuddin Direktur Pesantren Kaligrafi al-Quran Lemka

Ustaz Sirojuddin, demikian ia sering disapa, orang yang sangat mencintai dunia kaligrafi. Kegandrungan ini telah membatin dalam jiwanya sejak menjadi santri Pondok Modern Gontor Ponorogo. Kecintaan itu terus berlanjut ketika ia menjadi mahasiswa IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Bahkan, pada saat menempuh pendidikan tersebut ia pun menerbitkan buletin khusus kaligrafi dengan biaya sendiri. Mantan wartawan Panji Masyarakat ini juga menulis buku tentang kaligrafi yang berjudul Seni Kaligrafi Islam, dan satu-satunya buku tentang kaligrafi yang terbit pada waktu itu dan mungkin sampai sekarang   Hingga kini tidak kurang 40 buku tentang kaligrafi yang telah ditulis Didin Sirojuddin.

Puncak dari kecintaan Ustaz Sirojuddin terhadap kaligrafi itulah sekarang dengan keberhasilannya  mendirikan Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka. Pesantren ini sekarang berkembang dengan pesat baik santrinya maupun fasilitas fisik bangunan dan pendukung aktivitasnya.

Ketika awal berdiri hanya ada 4 santri yang berasal dari Riau, Jakarta, Cianjur dan Tasikmalaya. Tapi, saat ini sudah mencapai 144 orang. “Namun, santri alumni yang mukim di sekitar pesantren lebih dari 400 orang. Jumlah alumni sudah mencapai 2500 orang lebih ,” ungkap  Sirojuddin.

Menurut  Sirojuddin, pada tahun ajaran baru 2022 ini pendaftaran baru dibuka pada Juli-Agustus 2022, namun sebelum dibuka pendaftaran, pendaftar baru  sudah mencapai 164 orang. “Padahal kapasitas dan daya tampung hanya untuk 170 orang,” jelasnya.

Santri yang belajar di PKA  Lemka berasal dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. “Juga terdapat santri yang berasal dari luar negeri. Yaitu dari Malaysia, Brunai dan Oman. Sekarang ada calon santri baru dari luar negeri, yaitu dari Turki 2 orang, Palestina 2 orang, dari Thailand 1 orang, dan dari Malaysia 2 orang,” ungkap Sirojuddin.

Tamu berpose di gedung PKA Lemka

Pesantren Kaligrafi Al-Qu’ran Lemka awalnya dimulai dari tanah wakaf dan 3 rumah tua, plus musala 800 meter persegi. “Kemudian dikembangkan dengan membeli  dan usaha wakaf yang sekarang menjadi masjid, total saat ini  luasnya sudah mencapai 10.300 meter persegi atau lebih  1 hektar,” ujar Sirojuddin, yang juga menjadi dosen di  UIN Jakarta ini.

Di areal tanah milik Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka ini telah berdiri berbagai fasilitas belajar, asrama, tempat ibadah  dan kegiatan melukis para santri. Terdiri dari 13 gedung kegiatan belajar, kawasan Lemkasa (Lemka Sport dan Arena), Taman Bermain Anak dan Taman Bunga Harapan.

Bangunan lainnya yakni masjid 2 lantai, musala putri, gedung RA dan TPO/TKQ, asrama putra 1 (2 lantai), asrama putra 2 (3 lantai), asrama putri 3 lantai, gedung koperasi seni santri, toko, warung dan dapur, gedung administrasi, gedung sentra latihan (3 lantai), Pusat Data Kaligrafi dan Perpustakaan Lemka (2 lantai), saung Terminal Ekspresi, gedung Lembah Kreasi, gedung KM/MCK, gedung Lemka Gallery, dapur produksi, Lemka Press dan Lemka Media (3 lantai) dan beberapa rumah guru.

Gedung Gallery Lemka untuk pameran para pelukis kaligrafi

Sistem pendidikan Pesantren Kaligrafi  Al-Qur’an berupa diklat selama 1 tahun. Kurikulum terdiri dari mempelajari 7 gaya khat tradisional dan 5 gaya kaligrafi kontemporer, melukis di aneka media, aktifitas lomba dan pameran kaligrafi, wirausaha, safari seni, Apresiasi Seni Santri, wawasan islsmic art dan ngaji seni dan aktifitas ibadah.

Pesantren Kaligrafi Al-Quran juga memberikan ijazah untuk para lulusan. Di sampung santri berasrama, juga ada santri kursus kaligrafi dari masyarakat lingkungan  sekitar pesantren.

Pembukaan Kursus Kaligrafi yang digelar Lemka dihadiri warga dan diminati remaja sekitar pesantren

Para pengajar Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an berjumlah 80 orang. Mereka umumnya sarjana S1, S2 dan S3. “Pengajar hampir semuanya alumni Lemka. Mereka punya kewajiban mengajar sesuai dengan prinsip mengajar adalah zakatnya ilmu,” papar  Sirojuddin.

Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka aktif mengikuti setiap event kaligrafi, baik. lomba, pameran dan lainnya. Baik pada tingkat nasional maupun internasional. Ustaz Sirojuddin sendiri sering diundang pada event-event penting kaligrafi dan Musabaqah Tilawatil Qur’an sebagai pemateri, penceramah dan juri. Sudah seluruh Indonesia dan beberapa negara  tetangga dikunjunginya sebagai nara sumber kaligrafi Al-Quran.

Ustadz Sirojuddin sedang memperhatikan para santri kaligrafi melukis

Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka juga telah meraih banyak prestasi,  di antaranya merebut kejuaraan lomba kaligrafi dan MTQ Nasional, ASEAN dan Internasional

Menyinggung karyawan yang harus melayani kelancaran santri belajar,  Sirojuddin menolak menyebutnya karyawan. Mereka disebut adalah pribadi yang membantu kelancaran pendidikan Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka. “Mereka bekerja untuk Lemka mulai dari tukang masak, jasa pos, pemasok barang-barang kebutuhan, sampai tukang bangunan yang tidak henti-hentinya bekerja,” tuturnya.

Menjawab pertanyaan, apakah sudah puas dengan cita-cita membangun dunia seni kaligrafi yang diidamkan sejak lama, Ustaz Sirojuddin mengatakan, alhamdulillah walaupun belum sempurna, semuanya masih dalam proses dan penghalusan. “Istilah seni kaligrafinya disebut proses menggosok. Ibarat rumah sudah wujud , tapi masih dilanjutkan proses penghalusan. Dan ini.lebih berat dan mahal,” ungkap Ustaz Sirojuddin kepada Anyer Globe.