Prof. Amsal Bakhtiar: Bergerak Antara Kampus dan Birokrasi
Profesor Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. adalah pribadi yang membangun karier melalui kesuksesan di bidang pendidikan. Dengan ketekunan belajar di kampus menjadi lulusan terbaik, lalu mengabdi sebagai dosen. Dari situ jalan terbuka berkarier di birokrasi. Namun, kiprahnya di kampus sulit untuk dipisahkan.
Sebagai putra Minang kelahiran Padang Panjang (19/12/1960), Amsal setamat SD tahun 1972 sudah mengarahkan minatnya di bidang agama. Karena itu ia tidak tergoda untuk masuk sekolah umum. Ia justru memilih masuk Thawalib Padang Panjang dan selesai tahun 1975. Ada keinginannya untuk melanjutkan ke Timur Tengah memperdalam ilmu agama, tapi nasib belum beruntung. Amsal justeru ditakdirkan masuk Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Di pesantren terkenal di Jawa Timur ini Amsal selesai tahun 1980. Waktu itu jalur untuk melanjutkan sesuai pendidikan yang ditempuhnya dan keinginannya hanya IAIN (sekarang UIN). Dan, pilihannya memang IAIN Syarif Hidayatullah atau populer IAIN Ciputat yang memang dikenal, di samping IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Masuk melalui jalur tes, ia lulus dan memilih Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat. Pada tahun 1987 ia tamat S1 dan langsung berkiprah di almamaternya. Sementara untuk S2 dan S3 diraihnya tetap di IAIN Syahid Jakarta.
Diawali sebagai pengajar di kampus Amsal Bakhtiar menduduki pula jabatan di struktur. Pertama sebagai Sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat, selanjutnya karier Amsal terus moncer dan mengalir lancar bak air sungai. Pernah ketua jurusan, dekan dan Wakil Rektor UIN Syahid Ciputat ini.
Sesudah menjabat wakil rektor, rupanya nasib membawa Amsal ke lingkungan birokrasi. Disini pun kariernya terus berkembang. Beberapa posisi penting pernah dipegangnya di Kementerian Agama, di antaranya Direktur Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag RI (2015-2017), Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag RI (2017-2020).
Pengabdiannya yang panjang sebagai PNS berujung dianugerahi penghargaan Satyalencana 20 tahun pengabdian. Saat ini Amsal Bakhtiar menjabat Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pengembangan Bisnis Universitas Islam Internasional. Sebuah universitas baru yang bertaraf internasional.
Selama aktif di kampus UIN Syarif Hidayatullah dan di Kemenag RI Amsal telah melakukan beberapa perjalanan ke luar negeri. Negara yang disinggahinya sekitar 12 negara yang ada di Asia, Australia, Afrika, Eropa , Amerika dan Timur Tengah. Berbagai keperluan muhibah tersebut antara lain sebagai utusan, konferensi internasional, lokakarya (workshop), sebagai narasumber, mengadakan MOU dengan lembaga pendidikan, undangan dan lainnya.
Amsal Bakhtiar yang selama di kampus aktif di HMI Cabang Ciputat juga concern dengan dunia ilmiah dan keilmuan. Minatnya yang kuat pada filsafat Islam dan tasawuf juga telah mendorongnya melahirkan beberapa buku. Tidak kurang 13 buku telah ditulisnya yang diterbitkan beberapa penerbit di Jakarta dan Ciputat. Tiga belas buku tersebut mencakup bidang filsafat Islam, filsafat ilmu, tasawuf atau tarekat, ilmu kalam atau tauhid dan aliran-aliran dalam Islam.
Melihat kemajuan UIN Syahid Jakarta sekarang setelah berubah dari sebelumnya IAIN, Prof Amsal Bakhtiar mengatakan, perubahan tersebut tentu membawa perubahan besar dalam berbagai aspek, antara lain aspek kelembagaan, minat, dan budaya akademik.
“Jelas bahwa kelembagaan berubah dari institut menjadi universitas yang tentu cakupannya lebih luas dibandingkan dengan institut yang terbatas pada bidang agama saja. Artinya, calon mahasiswa lebih berminat ke bidang umum dan “favorit” seperti kedokteran dan teknologi infornasi. Kecenderungan ini merupakan sesuatu yang alamiah saja dan harus dipahami bahwa ilmu tersebut adalah Islami,” paparnya.
Ditambahkannya, ulama besar seperti Ibnu Sina, di samping seorang ulama juga seorang dokter terkenal. Artinya, ilmu kedokteran adalah bagian dari ilmu Islam yang wajib juga dipelajari.
Di sisi lain, kalau dibandingkan dengan minat mahasiswa masuk ke program studi agama, sebenarnya tidak berkurang, bahkan bisa dikatakan bertambah. “Buktinya waktu saya kuliah Jurusan Aqidah Filsafat tahun 1985 hanya berjumlah 13 orang, tetapi sekarang berjumlah sekitar 80 orang per tahun. Hanya saja peminat untuk jurusan tertentu meningkat tajam, sehingga jurusan agama terkesan menurun,” ungkap Amsal Bakhtiar, mengakhiri pembicaraannya dengan Anyer Globe.
Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten.