Ibadah Tanpa Tahu Hikmah

Harus diakui, bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini di perkotaan terutama muncul semacam fenomena “kesadaran beragama” yang ditandai dengan maraknya berbagai bentuk majelis taklim, majelis zikir, kelompok pengajian, kelompok-kelompok kajian agama, sampai kemunculan generasi muda berkerudung namun tetap modis yang disebut  hijabers itu. Semua ini didukung dan sekaligus dimanfaatkan terutama oleh stasiun-stasiun televisi dengan menyajikan program-program mulai dari musik dan sinetron berbau religi sampai gelar pengajian yang sarat hiburan.  Namun demikian, fenomena yang menggembirakan ini betatapapun harus kita lihat secara cermat, agar kegiatan-kegiatan itu tidak terjebak menjadi semacam sarana pelarian dari kehidupan sehari-hari, dan kemudian ditangkap sebagai peluang yang mendatangkan uang atau mencari untung belaka. Lalu di mana fungsi dakwah sebagai pemberi solusi bagi persoalan-persoalan nyata yang dihadapi kaum muslimin sehari-hari?

Dalam pada itu, kita juga menyaksikan lapisan besar kaum muslimin, terutama di wilayah-wilayah pinggiran, yang boleh dikatakan secara rutin menjalankan ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Sungguhpun begitu, ibadah-ibadah yang kita laksanakan itu berhenti hanya sampai pada kegiatan ritual semata, dan terlepas atau tidak berhubungan dengan kegiatan hidup kita sehari-hari. Seolah-olah bahwa beribadah kepada Allah itu hanya waktu-waktu tertentu saja. Seakan-akan ibadah itu hanya berdimensi vertikal (hablum minallah), dan tidak berhubungan dengan tindakan moral. Inilah yang sesungguhnya disebut sekularisme itu, di mana kita memisahkan urusan duniawi dengan urusan ukhrawi. Benar antara keduanya berbeda, tetapi dalam pandangan Islam kedua-duanya tidak bisa dipisahkan.

Munculnya berbagai fenomena sebagaimana disebutkan di atas antara lain disebabkan oleh kegagalan kita dalam memahami makna iman, dan minimnya pengertian kita akan makna dan berbagai hikmah yang terkandung di dalam ibadah-ibadah yang kita laksanakan setiap hari seperti salat sampai ibadah haji yang diwajibkan hanya sekali seumur hidup itu. Jadi, ibadah bukan sekadar menjalankan kewajiban, tetapi juga mengandung berbagai hikmah, yang jika dipahami dan dilaksanakan akan mendatangkan kebahagiaan baik bagi diri sendiri maupun orang banyak.