Wali Sanga (11): Keistimewaan Raden Paku alias Sunan Giri

Makan Sunan Giri, Gresik. (@gresiktourism)

Seorang penyebar agama Islam bernama Maulana Ishak. Di daerah Blambangan muridnya banyak. Dan menjadi terkenal di daerah tersebut. Selain bijaksana terkenal karena suka menolong rakyat miskin. Dia berkenalan dengan seorang saudagar besar. yang sudah lama menganut agama Islam.

Maulana Ishak kawin dengan putri Raja Blambangan. Hanya sewaktu putra pertama lahir istrinya itu meninggal. Setelah memberi nama putrinya dia bermaksud memberikan pada sahabatnya yang sangat menginginkan anak. Istri kawannya yang bernama Nyi Gede Penateh sangat mendambakan seorang putra. Kekayaannya tidak ada artinya tanpa keturunan.

“Anak ini aku beri nama Raden Paku,” kata Maulana Ishak. Setelah menyerahkan putranya Maulana Ishak beberapa hari kemudian sakit. Raden Paku menjadi yatim piatu dalam asuhan seorang kaya. Sedangkan suami Nyi Gede Penateh menyusul sahabatnya menemui panggilan Allah. Semenjak itulah Nyi Gede Penateh menjadi janda dengan mengasuh anaknya.

Walaupun bukan anak kandungnya Raden Paku diasuh dengan kecintaan. Raden Paku tidak mengira samasekali bahwa ibunya hanyalah ibu tiri. Sebab dia sangat dimanja ditengah kekayaan yang melimpah. Nyi Gede Penateh dikenal sebagai orang kaya yang dermawan. Sebagai penganut agama Islam selalu tekun beribadat. Hartanya selalu disumbangkan untuk perkembangan agama Islam. Pesantren dekat Surabaya yang dikenal dengan Sunan Ampel tempat dia belajar dikenalnya dengan baik. Nyi Gede Penateh menginginkan Raden Paku kelak setelah dewasa akan dikirim ke Ampel. Raden Paku walaupun anak orang kaya tidak sombong. Dia dikenal di kalangan anak-anak miskin. Daerah pesisir penduduknya telah menganut agama Islam berkat pergaulannya dengan para saudagar Arab. Dari hal yang demikian daerah pesisir menjadi ancaman kerajaan Majapahit yang masih beragama Hindu. Dengan mengadakan pajak yang tinggi sehingga rakyat menjadi melarat.

Anak-anak miskin terlantar di mana saja. Nyi Gede Penateh selalu mengulurkan tangannya untuk mereka. Sudah banyak keluarga Hindu yang disebut Sudra ditolongnya. Pertolongan yang tanpa membedakan kedudukan dan agama menjadikan rakyat dengan senang hati memeluk agama Islam.

Pada suatu hari Nyi Gede Penateh pergi untuk mengaji. Dia berpesan agar Raden Paku menjaga rumahnya sebab di waktu itu banyak pencurian.

“Janganlah kau ambil sesuatu tanpa izinku,” kata Nyi Gede Penateh.

Raden Paku tetap berada di rumahnya diasuh oleh para pembantunya. Siang yang panas itu muncul seorang pengemis. Raden Paku mengetahuinya bahwa pengemis tersebut sering diberi sesuatu oleh ibunya.

“Raden tolonglah hamba,’’ kata pengemis.

“Maaf, bukan aku tidak mau menolong, sebab ibuku tidak berada di rumah,’’ kata Raden Paku.

“Betul-betul hamba sangat lapar, Raden,” kata pengemis.

“Tanpa izin ibuku aku tidak berani mengambil sesuatu tanpa izinnya,’’ jawab Raden Paku.

“Tolonglah, Raden,” desah pengemis yang menahan lapar.

“Sebentar lagi ibuku datang dan dengan izinnya aku akan memberikan apa yang kau mintanya,” jawab Raden Paku.
Pengemis tersebut lalu terjatuh karena sangat lapar. Raden Paku ketakutan melihat keadaan pengemis yang mengerang. Pengemis itu selalu mengaduh meminta diberi makan. Raden Paku semakin kebingungan sebab ibunya belum juga datang. Beberapa saat kemudian pengemis tersebut tidak bergerak. Raden Paku lalu menyelimuti dengan sarungnya.

“Apa yang engkau kerjakan, anakku?’’ Nyi Gede Penateh pulang. dari pengajiannya.

‘Pengemis ini meminta makan, Bu,’’ jawab Raden Paku.

“Mengapa tidak engkau beri makanan?’’ kata Nyi Gede Penateh.

“Bukankah tanpa izin ibu, Paku tidak berhak mengambilnya?’’ jawab Raden Paku dengan polosnya.

Nyi Gede Penateh memeluk putranya yang masih polos itu. Dari kejadian tersebut Nyi Gedeh Penateh selalu memperhatikan perkembangan putra angkatnya ini. Dididiknya pengertian agama Islam sehabis pengajian. Sehingga Raden Paku mengetahui seluk beluk agama Islam.

“Ibu, bolehkah hamba ke Ampel?’’ kata Raden Paku.

Nyi Gede Penateh tersenyum mendengar pertanyaan anaknya. Itulah keinginannya agar Raden Paku memperdalam agama Islam dengan Sunan Ampel. Dengan dibekali uang pergilah Raden Paku menghadap Sunan Ampel. Di Ampel Raden Paku menjadi murid kepercayaan gurunya. Bukan dikarenakan kekayaannya tetapi Raden Paku memang anak yang sangat cerdas.

Raden Paku diasuh bersama dengan putra Sunan Ampel yang bernama Makhdum Ibrahim. Kedua anak ini menjadi kepercayaan gurunya. Mereka selalu menggantikan gurunya apabila Sunan Am pel ada keperluan keluarga di luar kota.

“Mengapa engkau babak belur begitu?” tanya Sunan Ampel kepada dua orang muridnya

“Kami diadu oleh Raden Paku dan Makhdum Ibrahim,’’ jawab mereka.

Sunan Ampel ingat bahwa kedua muridnya diminta menangani dua murid yang sangat bodoh. Di samping itu kebiasaan muridnya selalu berkelahi. Lalu Sunan Ampel meminta kehadiran Raden Paku dan Makhdum Ibrahim.

“Mengapa engkau adu orang itu?’’ tanya Sunan Ampel.

“Dia sangat bodoh seperti kerbau,” jawab Makhdum Ibrahim.

“Diwaktu dilarang berkelahi malah nekad lalu kami adu saja,’’ kata Raden Paku.

“Kalau muridnya kerbau lalu gurunya apa?’’ kata Sunan Ampel. .

Mendengar hal itu keduanya lalu diam sebab menyadari kesalahannya. Setelah diberi tahu tentang sifat guru yang harus bijaksana. Keduanya lalu disuruh lebih memperdalam agama Islam di tanah seberang. Dengan bantuan keuangan dari Nyi Gede Penateh keduanya pergi ke Melaka.

Sewaktu Raden Paku telah mendapatkan ilmu. Di samping dirinya telah diangkat sebagai salah seorang wali yang berhak menyiarkan agama Islam. Keduanya pulang ke Ampel. Sedangkan oleh Sunan Ampel Raden Paku mendapat tambahan ilmu agar lebih mantap dalam tugasnya menyiarkan agama Islam.

Raden Paku kembali ke rumah karena sangat rindu pada ibunya. Nyi Gede Penateh ternyata sudah lama sakit. Raden Paku memeluk ibunya yang semakin tua.

“Walaupun engkau bukan anakku tetapi semua harta ini aku wariskan padamu’’, desah Nyi Gede Penateh.

Raden Paku baru menyadarinya bahwa Nyi Gede Penateh hanyalah ibu tiri. Tetapi melihat kecintaannya dalam mengasuhnya Raden Paku tidak dapat menahan tangisnya sewaktu Nyi Gede Penateh memenuhi janjinya. Dengan meninggalkan kekayaan yang berlimpah Nyi Gede Penateh meninggalkan Raden Paku yang sekarang sudah menjadi salah seorang wali.

Lalu Raden Paku membangun pesantren di sebuah perbukitan yang nyaman. Di daerah Giri itulah mendirikan pesantrennya. Sehingga dia dikenal dengan sebutan Sunan Giri. Keistimewaan lain dari Sunan Giri dapat menyembuhkan orang sakit.

Dengan niat menyiarkan agama Islam Sunan Giri selalu berkeliling menemui rakyat miskin. Dengan doa dan beberapa pengobatan tradisional mereka yang sakit dapat disembuhkan.

“Bukan aku yang menyembuhkan, tetapi Allah. Sebab kita hanya disuruh berusaha’’, kata Sunan setelah selesai mengadakan pengobatan.

*Diceritakan kembali Oleh B. Basirun. Sumber: Panji Masyarakat No 500, 11 April 1986