Makna Ibadah Kurban

Prof. Dr. H. Masri Mansoer, MA

*Khutbah Idul Adha 10 Zulhijjah 1443 H, di Lapangan Sekolah Perguruan al-Ruhama Ciputat


Allahuakbar 3x, Allhuakbar 3x, Allahuakbar 3x Allhuakbar laa ilaaha illallahu wallaahu Akbar Allahuakbar walillaahil hamd.

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ،

                ،  ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,        

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas limpahan rahmat, karunia, taufiq dan hidayah-Nya, pada pagi hari yang penuh rahmat dan barakah ini, kita berkumpul di lapangan ini untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha 1443 H.

Setelah kemaren kita melaksanakan puasa `Arafah sebagai bentuk syukur kita atas pertemuan Adam dan Hawa nenek moyang kita manusia, dan berkumpulnya jamaah haji di padang `Arafah yang tahun ini-jumlahnya tidak sebanyak tahun-tahun yang lau-lalu akibat pandemi covid 19. Kita memohon kepada Allah agar kita dilindungi dari musibah covid dan kiranya Allah mengangkat semua pandemi covid dari muka bumi ini khususnya dari bumi Indonesia, agar kita kembali dapat beraktifitas untuk menata dan membangun kehidupan ibadah, ekonomi dan social seperti sedia kala. Amin.

Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir zaman nanti. Semoga kita semua dapat meneladani beliau dalam berbagai aspek kehidupan kita.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah.

Baru saja kita selesai melaksanakan shalat `Idul Adha dengan takbir, ruku’ dan sujud sebagai manifestasi perasaan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan Asma-Nya, kita gemakan takbir, tahlil dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan dan kebesaran-Nya. Takbir, tahlil dan tahmid yang kita ucapkan merupakan pengakuan yang kokoh dalam hati, yang menggetarkan dan menggerakan relung-relung hati kita orang beriman. Karena mereka yang beriman sejati akan bergetar hatinya dan bertambah imannya bila mengingat asma dan membaca ayat-ayat Allah Yang Maha Besar.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) (al-Anfal: 2).

Getaran dalam hati orang mukmin itu ada dua bentuk, pertama karena takut kepada Allah atas semua dosa dan kesalahan yang pernah dilakukannya; kedua getaran cinta kepada Allah dan ingin segra bertemua dengan yang dicintainya. Kedua getaran ini akan menuntun kita agar hati-hati supaya tidak lagi membuat dosa dan kesalahan, dan mendorong kita untuk sebanyak mungkin beramal-ibadah supaya lebih dekat dengan Allah dan sebagai bekal kita ketika menemui yang sangat dicintai, yaitu Allah yang Maha Kasih.

Melalui mimbar yang mulia ini khatib mengajak kepada diri sendiri dan kepada hadirin sekalian: Marilah kita tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Agung. Kita campakkan jauh-jauh sifat dan baju kerakusan, kesobongan, keangkuhan, kecongkaan dan egoisme yang mungkin dipakai dan praktekan selama ini dalam hidup kita. Semua baju dan sifat negative itu akan menjauhkan kita dari rahmat dan ampunan Allah. Sebab apapun pangkat dan kebesaran yang kita miliki, semuannya kecil dan tidak berarti di hadapan Allah. Betapapun kekayaan dan kekuatan yang dimiliki, miskin dan lemah dihadapan Allah. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh yang kita punya, tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahihamd

Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah.

Ada empat makna dalam ibadah kurban.

Pertama makna berkurban yang kita lakukan adalah lambang penyembelihan terhadap sifat-sifat kebinatangan kita, kesombongan, keangkuhan, kecongkan, egoisme, kerakusan, ketamakan, ketidak solideran, hubud dunia dan memperturutkan syahwat. Mulai sekarang mari kita pakaikan dalam diri kita baju taqwa, istiqamah, qanaah, iffah, tawaduk dan ikhlas. Sebab manusia yang kuat dan mulia dalam pandangan Allah adalah orang yang paling Taqwa:

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengkabarkan (al-Hujarat; 13)

Kedua, Idul adha yang berarti hari raya menyembelih hewan kurban. Penyembelihan hewan kurban adalah wujud dan bentuk tanda syukur kepada Allah atas nikmat, karunia dan kebaikan yang telah banyak diberikan oleh Allah kepada kita, yang kita tidak manpu menghitunya. Karena itu shalat dan berkurban adalah sebagai rasa syukur atas pemberian nikmat Allah yang amat banyak. Untuk itu kita diperintah untuk berkurban bagi yang mampu.

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢  إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ ٣

Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (dari rahmat Allah). (al Kautsar 1-3)

Ketiga, kurban yang berasal dari qa-ra-ba berarti dekat. Berqurban dengan penyembelihan hewan qurban secara vertical adalah media mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Dekat, dan secara horizontal akan menumbuhkan solidaritas serta mendekatkan jarak antara si kaya dengan si miskin. Dengan berkurban akan terbangun rasa kesetiakawanan, kebersamaan dan empati antara sesama muslim. Karena seorang muslim dengan muslim yang lain seumpama satu jasad (kal jasadi) bila sakit salahsatu bagaian tubuh maka akan merasa sakit bagian tubuh yang lainnya. Dan juga bagaikan sebuah bangunan (kalbunyanu) dimana bagian yang satu menguatkan bagian yang lainnya. Utamanya di masa sekarang ini banyak saudara kita yang kurang mampu, karena itu mari kita saling banntu dan tolong menolong.

 Dengan membagikan daging hewan kurban, maka akan terbangun rasa kebersamaan, kasih sayang dan solidaritas diantara sesama. Sebagaimana firman Allah:

فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ

Artinya : “Makanlah sebagian dari daging kurban, dan berikanlah kepada orang fakir yang tidak minta-minta, dan orang fakir yang minta-minta.” (Q.S. Al Hajj :28)

Keempat, ibadah kurban bentuk ujian keikhlsan dan ketaqwaan kepada Allah. Sejarah berkurban pertama kali berasal dari kisah Qabil dan Habil-anak Nabi Adam AS. Mereka disuruh untuk berkurban sebagai bukti keikhlasan dan ketaqwaan mereka. Qabil yang seorang petani hanya berkurban dengan hasil kebun miliknya yang sudah rusak dan tidak berguna lagi. Sementara Habil yang hidup sebagai peternak berkurban dengan seekor kambing terbaik yang ia miliki. Ketika keduanya mempersembahkan Kurban mereka di Jabal Qurban-Mina. Setelah dilihat keesokan harinya, kurban Qabil masih ada, sedangkan kurban Habil sudah tidak ada di tempat, karena sudah diangkat Malaikat ke langit, pertanda kurbannya diterima Allah Swt.

Jadi kalua kita berkurban dengan niat tidak ikhlas dan tidak memberikan rezki yang terbaik yang kita miliki seperti karakter Qabil, maka kurbannya tidak diterima oleh Allah. Karena kurban Qabil tidak diterima, dia membunuh kakaknya Habil, inilah pembunuhan pertama dalam sejarah manusia, sebagaimana firman Allah:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya : Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa (al-Maidah: 27).

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

Artinya : Sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah Daging (hewan kurban) dan darahnya, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu (al-Hajj: 37).

Dari dua ayat di atas jelas ditegaskan bahwa Allah hanya akan menerima kurban dari hambanya yang ikhlas, taqwa dan yang terbaik.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah,   

Dalam hidup ini ada dua orientasi hidup manusia yang dikotomis-kontras sepanjang sejarah yaitu: 1) pola hidup mengutamakan mencari kebaikan akhirat dan pahala yang banyak (al-Kautsar); 2) pola hidup yang mengutamakan kenikmatan materi dan berbangga-bangga dengan kenikmatan materi sampai maut menjemput mereka (al-Takatsur).

Pola hidup al-Kautsar berusaha untuk selalu melakukan kebaikan yang sempurna dan banyak dengan mendirikan shalat tepat waktu, benar dalam shalatnya (membangun komunikasi yang intens dan benar dengan Allah), berinfaq, dan berkurban dengan apa yang dicintainya bahkan dengan jiwa raganya sekalipun. Pola hidup inilah yang disimbolkan oleh Habil-putra Adam AS, yang selalu taat kepada Allah, memberikan infaq dan kurbannya dengan harta-kekayaan yang terbaik milikinya dan Allah menerima kurbanya. Inilah karakter muslim-sosialis-penyabar, pewaris karakter Habil.

Sebaliknya pola hidup materialis-kapitalis-pembunuh, selalu mengarahkan hidupnya untuk mencari materi sebanyak mungkin bahkan dengan cara-cara yang tidak bermoral, memanipulasi, propokasi, korupsi, dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta-kekayaan, pangkat-jabatan dan popularitas. Inilah simbol Qabil yang ghurur dan hubud dunia, tidak berinfaq, tidak berkurban dengan ikhlas dan terbaik dalam beribadah, sehingga kurbannya ditolak oleh Allah. Perseteruan karakter Habil dan Qabil selalu mewarnai sepanjang sejarah dinamika umat manusia, yaitu kelompok manusia yang lebih mencintai Allah dan kelompok manusia lebih mencintai dunia. Ibrahim dan keluarganya adalah orang yang lebih mencintai Allah dari pada yang lainnya. Semoga kita terjauh dari pola hidup at-Takatsur dan karakter Qabil ini. Berusaha menjadi pribadi Habil dan Ibrahim.

Kelima, kurban adalah merupakan wujud cinta kepada Allah melebihi dari segalanya. Kisah kurban, mengingatkan kita kepada sosok Ibrahim AS, Ismail dan Hajar. Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah SWT menempatkan istrinya Hajar bersama anaknya Ismail AS di lembah sunyi, tandus, gersang, tidak ada pepohonan dan makanan. yaitu Bakkah (Mekkah). Hajar dan Ismail ditinggalkan di sana tanpa Ibrahim AS. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya di tempat yang jauh, berjarak 1600 KM dari tempat tinggal Ibrahim di Palestina, ditempuh dalam waktu 200 jam (8 hari lebih jalan kaki).

Nabi Ibrahim, maupun istrinya Hajar, menerima perintah itu dengan iman, ikhlah, cinta dan tawakal, karena dengan itu semua akan menjadi mudah dan masalah dapat diatasi. Keimanan, keikhlasan, cinta dan ketawakalan menjadi pondasi yang kuat menegakan kebenaran, modal penting dalam membangun rumah tangga dan masyarakat. Tidak jarang rumah tangga dewasa ini hancur berantakan karena tidak dilandasi dengan keimanan, keikhlasan, cinta dan ketawakalan. Keimanan, keikhlasan dan kecintaan juga penting dalam membangun masyarakat, pemerintahan dan negara, betapa banyak kita lihat oknum pimpinan pemerintahan, anggota deawan, para penjabat di tingkat pusat sampai daerah, karena tidak iman, ikhlas dan cinta berurusan dengan hukum dan bahkan dipenjara, na`uzubillah minzalik.

Setelah Nabi Ibrahim sekian lama berpisah dengan Istri dan putranya maka datanglah perintah Allah untuk menguji kecintaan Ibrahim untuk menyembelih putranya melalui mimpi. Kemudian perintah ini dia musyawarahkan dengan anak dan istrinya, diluar dugaan Ibrahim bahwa Ismail dan Hajar sangat setuju dengan perintah Allah itu untuk dilaksanakan jawaban Ismail:

يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya : “Yaa ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepada ayah, insya Allah ayah akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar” (al-Shafat: 102).

Bahkan jawaban Hajar: “Jika ini memang benar perintah Allah akupun siap disembelih sebagai pengganti Ismail”.

Inilah contoh kecintaan, demokrasi dan keterbukaan yang diajarkan oleh keluarga Ibrahim, mungkin bagi sebagian kita bila sesuatu perintah yang tidak masuk akal, memberatkan atau merugikan, kita akan sembunyikan untuk tidak diketahui dan dilaksanakan.

Tetapi Ibrahin tidak demikian, makanya Allah memberi gelar kepada Nabi Ibrahim sebagai Khalillah (kekasih Allah). Sebab keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim melebihi cinta kepada Allah dari pada yang lain. Karena itu kalau kita ingin menjadi kekasih Allah kita harus beriman, bertaqwa dan mencintai Allah melebihi cinta kepada yang lainnya. Bahkan Allah katakan kita belum disebut orang yang berbuat baik (birri) kalua kita belum manpu menginfaqkan dan berkurban dengan harta-kekayaan yang kita cintai sebagaimana firman Allah:

لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ ٩٢

Artinya : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. .(QS Ali Imran : 92)

Ketika mereka siap untuk melaksanakan perintah itu. Iblis datang menggoda Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail silih berganti untuk membatalkan niatnya, tetapi tidak tergoyahkan. Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang. Ini bukti keteguhan cinta tiga orang hamba Allah kepada Khaliknya melebihi cintanya terhadap diri, keluarga dan hartanya. Bagaimanakah cinta kita kepada Allah, kalau hanya berkurban dengan seekor kambing/domba saja kita masih berat, banyak elah dan belum sanggup.

Iblis dan setan memang bertugas mempedayakan kita dalam memperjuangkan iman, kebenaran dan kebaikan, karena itu harus selalu dilawan dan lemparkan jauh-jauh dengan istiqamah mendekatkan diri kepada Allah, jangan sebaliknya mudah dan cepat tergoda oleh bujukan dan rayuan sehingga iman dan kebenaran yang kita miliki hancur dan berantakan, keluarga Ibrahim telah mencontohkan keistiqamahan dalam menjalankan perintah Allah dengan cinta. Maka Allah mengentinya dengan seekor domba yang besar dan mengabadikannya untuk menjadi ritual bagi agama samawi yang datang kemudian (Islam), syari`at itulah yang kita ikuti saat ini.

وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ – وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ ۖ سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ

Artinya : Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian, “Salam sejahtera atas Ibrahim.” (al-Shaffat: 107-109).

Banyaknya tindakkan manipulasi, korupsi dan penyelewengan tidak lepas dari ketidakpahaman akan esensi ibadah kurban dalam Islam. Ibadah hanya dipahami sekedar menggurkan kewajiban saja, tetapi tidak mengubah yang bersangkutan untuk bersikap ikhlas, amanah dan rela berkurban. Sikap ikhlas, amanah dan rela berkurban ini jika diimplementasikan dalam kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tentu akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan masyarakat dan bangsa kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,  walillahihamd

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah,   

Inilah sejarah pertama ritual korban, yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah tidak memerintahkan kita menyembelih anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau dan lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan sanggup menjalaninya. Jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita saja untuk qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. Memotong 2,5% harta kita untuk zakat, kita masih banyak alasan. Memotong sedikit waktu untuk sholat lima waktu berjamaah, kita masih merasa berat. Menunda waktu makan kita untuk berpuasa, kita masih sulit melaksanakannya, dan sebagainya. Inilah yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah.

Hikmah yang dapat diambil dari ritual Idul Adha:

  1. Derajat Manusia ditentukan oleh ketaqwaan, keikhlasan dan perngurbanannya.
  2. Kecintaan, keikhlasan dan pengurbanan kita kepada Allah harus di atas yang lainnya, seperti yang diteladankan Ibrahim, Hajar dan Ismail.
  3. Sebagai orang tua, kita harus mempunyai upaya yang kuat dan strategis membentuk anak kita menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada Allah, kepada orang tua, Seperti keluarga Nabiyullah Ibrahim AS.
  4. Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar dan mempunyai arti besar. Dari sejarahnya lahirlah agama-agama besar, kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling ikhlas, sabar, tabah, cinta dan tawakal yaitu Hajar dan putranya Ismail. Untuk memiliki karya dan nama besar banyaklah berkurban.
  5. Simbol sembelihan binatang ternak, artinya kita harus mampu mematikan nafsu kebinatangan yang ada dalam diri kita, kita buang kecongkakan, kesombongan, egoisme, dan keserakahan, jangan dibiarkan tumbuh subur. Sehingga yang tumbuh keikhlasan, seperti keikhlasan Ibrahim, Hajar dan Ismail.
  6. Mari momentum Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkurban dan membantu masyarakat kita yang tidak mampu sehabis dilanda musibah pandemic covid 19.
  7. Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang dengan ikhlas, cinta dan tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwalah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan ibadah Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, ikhlas, rela berkurban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.

Akhirnya marilah kita menengadahkan tangan, berdoa dan memohon kepada Allah SWT, bagi keselamatan kita semua, masyarakat kita, bangsa Indonesia, dan umat manusia secara keseluruhan. Amin ya rabbal alamin.

Ya Allah ya Tuhan Kami terima ibdah qurban dan semua amal ibadah kami, dan balasi dengan pahala yang berlipat ganda.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun. Ampunilah segala dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, dosa nenek dan kakek kami serta semua keluarga, para pemimpin kami yang masih hidup atau telah mendahului kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ…..

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Pamulang, 10 Zulhijah 1443 H