Superman itu adalah Relawan

Sejak saya kecil hingga dikaruniai anak kecil ketika ditanya siapa superhero masa kini yang kebayang di kepala adalah Superman, menyusul kemudian Batman, Robin, dan sederet nama pahlawan besutan dari penerbit DC Comic lainnya. Menyusul kemudian nama-nama Thor, Hulk, Ironman, dan nama-nama tokoh superhero lainnya besutan Marvel untuk tokoh2 superhero yang bisa dilihat wujud audio visualisasinya melalui film2 dan segala merchandise pendukungnya.Kalau ditanya superhero lokal maka tersebutlah nama Gundala putra petir, Si Buta dari gua hantu, Godam sang Thor versi lokal dan nama2 yang hanya bisa ditemukan di komik masa lalu. Baru kemudian muncul nama Gatotkaca, Werkudara, Arjuna dan nama-nama satria pewayangan bagi mereka penggemar cerita tradisonal atau komiknya RA Kosasih. Cukupkah nama itu saja?


Apa sih yang mendasari nama-nama fiktif superhero itu muncul di kepala dan ingatan anak-anak kita saat ini? Rata-rata adalah karena mereka memiliki kekuatan atau keluar biasaan di luar kewajaran manusia sehingga selalu menang dan berhasil dalam menumpas penjahat dan tokoh-tokoh pencipta kecemasan / ketakutan serta menimbulkan kerusakan di masyarakat. Hampir semua superhero memiliki satu atau dua senjata atau kemampuan pamungkas sehingga layak untuk diidolakan atau dibanggakan. Ditambah rerata memiliki wajah atau bentuk badan yang super ideal sehingga wajah dan bentuk fisiknya akan mudah ditemukan di berbagai mainan anak-anak termasuk merchandise lainnya. Tak terkecuali sebagian orang tua yang sangat mengidolakan figur-figur tersebut sejak mereka kecil hingga dewasa, berkeluarga dan punya anak. Menjadi kewajiban dan layak untuk diwariskan kekagumannya pada tokoh superhero kepada anak-anaknya.


Amatlah jarang superhero adalah berwujud orang-orang biasa dengan kemampuan biasa kebanyakan atau bahkan di bawah standar yang menjadi rujukan bagi sebagian kalangan. Masalah muncul ketika gambaran superhero yang sering mengisi ingatan dan mimpi-mimpinya tersebut kemudian dihadapkan pada kondisi realita kesaharian. Mana sang Superman ketika ada kebakaran rumah, pabrik atau mobil yang hampir tertabrak di persimpangan kereta api. Mana si Gatotkaca yang otot kawat, balung besinya dibutuhkan ketika ada gedung roboh, pesawat yang mau jatuh dan mengantisipasi berbagai kejadian kecelakaan yang akan terjadi. Disinilah kadang baru tersadar bahwa terdapat batas ataupun ada dinding antara alam imajinasi dengan alam nyata, ada batas jelas antara fiksi dengan realita kekinian.


Pertanyaannya kemudian bagaimana cara kita sebagai orangtua mengajarkan superhero kekinian? Superhero yang mampu membantu setiap saat dibutuhkan? Superhero yang bisa dihubungi dan bergerak tanpa ada pamrih sama sekali? Apakah bisa menjembatani antara fiktif dan realita disini? Ini yang kadang memang membutuhkan jiwa besar, kelembutan hati dan kecerdasan dalam menangkap potret realita di lapangan. Kadang seorang pembuat tokoh superhero menciptakan superioritas di tokohnya dengan kesempurnaan dan sesuatu yang mustahil untuk bisa didapatkan di masa kini. Bagaimana manusia dapat mendengar suara serangga, dapat terbang lebih cepat dari peluru bahkan cahaya, lebih kuat dari seluruh manusia di dunia, memiliki tubuh yang tahan ditembus peluru sebesar apapun. Karena kalau superhero selalu diidentikkan dengan kemampuan super yang semuanya adalah given/pemberian atau sesuatu kejadian yang tidak sengaja sehingga memiliki kemampuan lebih dibanding manusia biasa tersebut. Sangat jarang keseharian superhero yang ditonjolkan kecuali hanya sebagian saja dan itu semua lebih kepada strategi agar masyarakat bisa menangkap sisi manusiawi yang juga mereka miliki. Lepas bahwa itu juga kadangkala agak lebay dan cenderung agak hipokrit.


Tidak terpikirkah siapa yang mengatasi bahaya kebakaran di daerahnya….petugas pemadam kebakaran pastinya. Siapa yang menangkap penjahat yang ketika melakukan kejahatan?… Pak Polisi lah kewajibannya. Siapa yang bertugas menyelamatkan kapal yang tenggelam di sungai atau laut? …Bapak-bapak dari Basarnas-lah. Siapa yang bertugas menyelamatkan mereka yang sedang terkena bencana di suatu daerah?… Bapak-bapak dari BPBD-lah. Dan itu semua akan langsung terjawab dengan mudah karena mereka memiliki tugas dan kewajiban dari negara, mendapatkan penghasilan karena memang itu tugasnya serta satu lagi…mereka memiliki uniform atau seragam yang menjadi pembedanya. Cukup itukah?


Yang perlu diketahui bahwa dibalik mereka yang bertugas itu banyak sekali pihak-pihak yang terlibat dalam mempersiapkan dan melatih kemampuan/skill pelayanan dan jasa mereka. Yang membuat semua kerja-kerja bantuan bisa dilakukan dengan baik. Yang mungkin hanya mereka yang berseragam dan memang ditugaskan yang kemudian ditangkap oleh kamera dan menjadi pahlawan berbagai kejadian. Apakah superhero itu hanya mereka yang berseragam? Hanya mereka yang ditugaskan? Hanya mereka yang memiliki kemampuan super ?


Betapa banyak peluang kebaikan menolong sesama manusia dan alam semesta ini bisa dilakukan oleh siapapun tanpa pandang bulu. Tanpa butuh seragam; SK penugasan; team yang hebat; dan segala pernik yang cenderung formalitas dan seakan penuh dengan prosedur yang sistematis. Betapa dengan menyingkirkan duri di jalan saja sudah merupakan kebaikan bagi kita. Tentunya ini perlu dikontekstualkan kekinian karena kalau dulu orang berpindah tempat kebanyakan dengan berjalan kaki, berlari atau maksimal naik kuda. Sehingga kalau ada duri apalagi kalau durinya besar-besar akan sangat mengganggu dan bisa membahayakan aktivitas manusia . Kalau kekiniannya, duri barangkali bisa kita personifikasikan dengan segala penghalang di jalan misalnya jalan berlubang, pohon tumbang, tanah longsor yang menutupi badan jalan dan lain sebagainya. Apakah itu semua membutuhkan atributisasi superhero tadi, ndak lah. Betapa semakin berlarutnya bila menghilangkan duri itu harus menunggu petugas dari kebersihan, Pekerjaan Umum, BPNB bahkan Basarnas.

Sesungguhnya pertolongan pertama pada musibah itu akan sangat menentukan bagaimana upaya pertolongan selanjutnya . Bisa juga kita mengganti musibah dengan kata-kata lain yang memang membutuhkan partisipasi dan tidak dapat dilakukan oleh orang lain selain yang ada pada momen itu. Musibah tidak membutuhkan kesiapan atau kewaspadaan kita karena bisa datang kapan saja, dimana saja dengan cara bagaimana dan pada siapa saja tidak pernah pilih-pilih. Kadang momentum untuk bisa membantu itu memang tidak datang dua kali, tidak bisa diulangi dan tidak bisa dipilih. Bahasa jawanya mak jengunguk….mak beduduk…. Nah disinlah yang akan menentukan seseorang layak terpilih menjadi superhero atau tidak. Waktunya teramat pendek, membutuhkan kecepatan reaksi sekaligus antisipasi dan tidak butuh basa basi kepada siapapun. Siapapun yang bisa mendapatkan momentum itu di waktu yang pas maka layak disematkan sebagai superhero. Karena superhero itu selalu on time tidak molor atau jam karetan karena akan menyebabkan keterlambatan yang berakibat kerugian, kerusakan, kehilangan, kehancuran apapun. Bagaimana cara menyiapkan diri agar mendapatkan momentum peluang kebaikan tersebut? Apakah yang mampu menggerakkan sehingga siapapun dapat mengambil momentum itu?


Jawabnya hanya satu yaitu naluri. Sebagai makhluk sosial, manusia dikaruniai sifat yang itu berkaitan dengan diri dan sekitarnya sebagai respon langsung dan otomatis menanggapi segala sesuatu. Seperti bila tangan kita bereaksi ketika menyentuh bara api dengan menjauhkan diri. Atau reaksi ketika kita kedinginan adalah dengan merapatkan anggota tubuh sehingga tercipta kehangatan. Reaksi ketika kita lapar adalah mencari makanan atau minum ketika kehausan. Satu hal kelebihan yang juga dimiliki oleh manusia adalah menolong sesama manusia, menolong makhluk yang lemah; mengambil semut yang terapung diatas air , dan lain-lain dengan menolong dengan apa yang bisa dilakukan. Naluri itu harus selalu terasah agar hati kita memiliki sensitivitas yang lebih sehingga ketika merasakan dengan indra apapun yang menimbulkan rangsangan ke otak akan langsung direspon dengan aktivitas menyelamatkan.


Perkembangan kemajuan teknologi saat ini salah satu dampak negatifnya adalah mengurangi sensitivitas tersebut karena menganggap bisa dilakukan oleh orang lain. Diam saja, bahkan cuek dan permisif melihat berbagai kesulitan yang dialami sesama manusia yang lain kadang juga timbul akibat adanya lembaga-lembaga atau pihak-pihak yang memang memiliki legitimasi untuk melakukan sesuatu yang dibutuhkan. Padahal kadang mereka juga memiliki banyak keterbatasan baik karena personel, waktu , jarak dan lain sebagainya.


Belum lagi adanya kebiasaan baru untuk membuat konten video yang mengemas suatu kesulitan dan kemudian respon bantuan yang diberikan untuk mendapatkan simpati atau keuntungan pribadi bahkan politis menjadi penyebab orang antipati terhadap kondisi kesulitan yang terjadi. Kita juga tidak dapat menafikan saat ini betapa banyak orang atau pihak-pihak yang bergerak dan beraktivitas dalam kecepatan reaksi ini. Lambat laun kadang kesulitan timbul untuk membedakan ini memang alamiah atau buatan (skenario) dengan semakin “pintarnya” orang untuk bermain drama seakan-akan.


Sesungguhnya Superman, Batman, Ultraman, Ironman, Gundala, dan superhero lainnya tidak pernah menanyakan kepada yang mau ditolong identitasnya dan kenapa sampai seperti itu. Menolong ya menolong aja… terlambat detik saja bisa fatal akibatnya. Lalu apa yang menggerakkan sang superhero untuk mengambil perang menolong, hanya satu jawabannya naluri. Karena dengan naluri maka seseorang akan memiliki kecepatan bertindak, kecepatan berfikir apapun kondisinya. Kadangkala keselamatan jiwanya juga tidak terperhatikan. Puluhan tahun memiliki banyak rujukan superhero yang suka menoolong siapapun, tidak pernah satupun mereka dibekali prosedur dalam melakukan pertolongan. Karena kadangkala waktu yang dimiliki sangatlah pendek dan sempit sehingga untuk mencari informasi juga tidaklah mungkin.


Pertanyaan akhirnya bisakah kita menjadi Superman dalam kehidupan sehari-hari?? Jawabnya adalah bisa dan sangat bisa. Sama derajatnya dengan saat kita menjadi penonton atau penikmat berita pertolongan tersebut sambil minum teh atau kopi pun sangatlah bisa. Sesungguhnya saat ini kita sudah disuguhi berbagai superhero tidak berseragam yang merespon cepat berbagai kondisi yang ada. Mereka tidak dikenal sebagai orang istimewa juga juga tidak memiliki keistimewaan atau ilmu ajian tinggi yang membuatnya memiliki kemampuan super diatas rerata manusia. Mereka juga memiliki kebiasaan yang sama dengan kita, memiliki kesukaan dan keseharian yang sama dengan kita. Mereka juga berpakaian, makan minum, hidup berkeluarga sama dengan kita pula. Mereka juga kadang malah memiliki kondisi yang jauh lebih kurang atau dibawah kita. Lalu apa yang membuat mereka istimewa? Apa yang membuat mereka selalu dinanti aktivitasnya, kerja-kerja ikhlasnya, perasan keringat dan peluhnya seakan minyak wangi nan harum semerbak seantero dunia. Namanya juga tidak sering muncul di media bahkan kadang kita pun tidak terlalu familiar.


Boleh dikasih tahu, siapa mereka. Mereka adalah superhero yang sebenarnya, namanya RELAWAN.