Alawy Muhamad, Kiai Kharismatis Ini Berada di Garis Depan dalam Peristiwa Berdarah di Nipah

sumber foto : bahtiarhs.files.wordpress.com

Berbeda dengan  ulama   umumnya di Madura yang dilahirkan dari keluarga kiai, K.H. Alawy Muhammad berasal dari keluarga petani biasa. Bahkan ketika  masih muda,. Alawy  sempat merantau ke Jawa menjadi pedagang, sebagaimana lazimnya orang Madura. Semasa hidupnya Kiai Alawy aktif di  Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan bahkan muncul sebagai simbol perlawanan terhadap represi pemerintah Orde Baru.

Bagi Kiai Alawy, terjun ke dunia politik merupakan sebuah keharusan jika seorang ulama ingin memperluas dakwah Islam. Jadi, politik bagi dia, bukan sekadar sarana untuk meraih kekuasaan, tetapi juga sebagai media untuk berdakwah. Ia juga berpendapat bahwa kaum Muslim harus masuk dalam wadah partai politik yang berideologi Islam, Meski begitu, Kiai kharismatis asal Sampang ini  menolak Islam menjadi dasar negara atau membentuk negara Islam.

Alawy Muhammad lahir di Sampang, Madura,  pada tahun 1928. Pada usia 27 tahun ia menunaikan ibadah haji.  Ia sempat belajar agama kepada ulama ternama di Mekah. Tahun 1980-an, di desa kelahirannya ia mendirikan Pondok Pesantren At-Taroqi, di Dusun Karongan Desa Tanggumong. Pesantren ini cepat berkembang dan menjadi salah satu ponpes terkemuka di Jawa Timur.

Semasa hidupnya  Kiai Alawy Muhammad dikenal ulama  pemberani ketika berhadapan dengan Pemerintahan Orde Baru yang represif. Tahun 1993  ia berada di garis terdepan memimpin warga menentang pemerintah yang hendak membangun Waduk Nipah dengan menggusur tanah dan rumah milik warga dengan ganti rugi yang jauh dari memadai. Pembangunannya terkendala oleh masalah  pembebasan tanah,  rumah dan tanaman milik warga. Akhirnya,  konflik antara warga dan aparat keamanan pun yang menelan beberapa korban jiwa yang tewas dari warga, selain yang mengalami luka-luka Inilah peristiwa yang disebut “Tragedi Nipah”, yang sekaligus melambungkan nama KH Alawy Muhammad secara nasional. Kiai Alawy Muhammad memang beberapa kali berhasil menunda penggusuran, meskpun akhirnya penggusuran itu tetap dilakukan, setelah tujuh warga tewas yang melakukan perlawanan bersama Kiai Alawy Muhammad tadi. Tahun 2016 waduk ini selesai dibangun dan pengoperasiannya diresmikan Presiden Joko Widodo, satu setengah tahun setelah kepergian Kiai Alawy Muhammad ke alam baka.   

K.H. Alawy Muhammad wafat pada 10 November 2014  di Surabaya. Gelombang manusia seakan tiada henti semalaman untuk mensalati jenazahnya yang disemayamkan di Masjid Pondok Pesantren At-Taroqi. 

Sumber: nu.or.id (11 November 2014); republik.co.id (11 November 2014).