Lebaran Gak Mudik Gak Asyik

Lebaran indentik dengan kegiatan mudik alias pulang ke kampung halaman Pada tahun 2023 Pemerintah memprediksi 123 juta orang mudik pada pada Idul Fitri 1444 H/2023 M. Jumlah tersebut naik dari 2022 sebanyak 85 juta orang.

Kementerian Perhubungan memprediksi puncak arus mudik Lebaran 2024 akan terjadi pada 8 April 2024 dan puncak arus balik berada di tanggal 14 April 2024. Berdasarkan survey Kemenhub sebanyak 71,7 persen warga Indonesia atau 193 juta orang akan mudik lebaran 2024.

Mungkin sebagian orang ada yang berpendapat lebaran tanpa mudik serasa ada yang kurang alias tidak afdol. Lebaran tidak mudik ke kampung gak asyik rasanya. Tak dipungkiri, pulang ke kampung halaman menjadi momen yang ditunggu-tunggu setelah sebulan berpuasa.

Bagi masyarakat Indonesia, mudik telah menjadi fenomena sosial yang rutin dilakukan oleh para perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Kegiatan mudik biasanya dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri.

Meski istilah mudik mulai populer sejak tahun 1970-an, tetapi akar sejarahnya sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Konon, kegiatan mudik dilakukan oleh para petani Jawa, untuk kembali ke kampung halamannya atau daerah asalnya untuk membersihkan makam leluhurnya.

Sayang Kampung

Mencintai kampung halaman atau tempat kelahiran merupakan fitrah dan naluri manusiawi. Seseorang akan ingat kampung halaman karena terlalu banyak pengalaman hidup atau romantika saat kecil yang menempa kehidupannya. Ada banyak alasan kenapa seseorang itu pergi meninggalkan kampung halaman dan kadang lama tak Kembali.

Beberapa suku di Indonesia dikenal sebagai perantau ulung yang kadang sampai beranak pinak tapi masih tidak melupakan tanah leluhurnya. Yang walaupun di tanah leluhurnya tidak ada barang mewah atau kemewahan hidup yang ditinggalkan. Namun ternyata, kampung halaman menyimpan segudang kerinduan dan kenangan masa-masa kecil.

Mudik merupakan salah satu tradisi khas muslim di Indonesia setelah menyelesaikan ibadah puasa bulan ramadhan. Di negara-negara kawan Arab, mudik di hari lebaran Idul Fitri tidak begitu popular. Hari raya Idul Adha jauh lebih semarak dibandingkan dengan Idul Fitri.

Mudik dapat diartikan sebagai pulang kampung, dalam bahasa Jawa mudik sebagai singkatan dari mulih disik atau dari kata udik yang dalam bahasa Betawi adalah kampung.

Banyak tafsiran mengenai makna kata mudik. Ada yang menyebut bahwa kata mudik berasal dari bahasa Arab “al-aud” yang bermakna kembali. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mudik memiliki arti pulang ke kampung halaman.

Rasulullah pernah merasakan bagaimana rasanya rindu terhadap kampung halaman, yaitu Makkah, setelah dia terpaksa hijrah ke Madinah karena keadaan di Makkah tidak kondusif untuk tinggal dan berdakwah.

Dikisahkan, ia merasakan sedih meninggalkan kota Makkah. Seandainya bukan karena perintah Allah untuk hijrah, tentu dia tidak meninggalkan kota Makkah. Rasulullah sangat mencintai tanah kelahirannya, yaitu Makkah.

Ekspresi cinta Rasulullah terhadap tanah kelahirannya, terlihat dari riwayat Ibnu Abbas dalam hadits riwayat At Tirmidzi. Ia menjelaskan betapa cinta dan bangganya Rasullullah pada tanah kelahirannya. Rasa cinta tersebut terlihat dari ungkapan kerinduan Nabi Muhammad terhadap Makkah.

Rasulullah mengatakan “Alangkah indahnya dirimu (Makkah). Engkaulah yang paling kucintai. Seandainya saja dulu penduduk Makkah tidak mengusirku, pasti aku masih tinggal di sini.”

Saling Memaafkan

Tradisi mudik ini juga dapat diartikan sebagai suatu simbol akan munculnya kesadaran rohani atau kerinduan spiritual akan nilai-nilai lama yang terbangun saat kecil.

Agus Maladi Irianto dalam tulisannya “Mudik dan Keretakan Budaya” menjelaskan ada 3 dimensi dalam tradisi mudik.

Pertama, mudik memiliki dimensi spiritual-kultural. Mudik adalah sebuah tradisi atau warisan dari para leluhur.

Ikatan kehidupan duniawi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan setelah di dunia. Oleh karena itu, orang-orang tetap menziarahi kuburan-kuburan leluhur untuk mendoakan keselamatannya. Dalam waktu tertentu orang-orang akan menyempatkan untuk berkunjung ke makam walau terhalang oleh kondisi geografis maupun ekonomi. Hal ini yang kemudian melahirkan tradisi mudik.

Kedua, adalah dimensi psikologis. Mudik memberikan manfaat positif untuk mengisi kegersangan dalam jiwa manusia kota. Kerasnya kehidupan di tanah perantauan dapat mendorong timbulnya stress dan ketidak tenangan dalam meniti kehidupan. Karena di perantauan akan bertemu dengan berbagai macam karakter manusia dan seribu satu macam kepentingan yang kadang tidak mudah untuk dihadapi. Karena itu bertemu dengan sanak keluarga di kampung halaman membuat hidup terasa nyaman dan tenang. Ada kedamaian di kampung halaman yang tidak didapatkan di tanah Rantau.

Ketiga, adalah dimensi sosial. Pada dimensi ini masyarakat perantau kembali ke kampung halaman dengan status yang berbeda. Keberhasilan ataupun kegagalan di tanah rantau akan mempengaruhi status sosial keluarganya di kampungnya. Cerita-cerita tersebut dapat memberikan pengaruh bagi tetangga atau kerabat untuk mengikuti jejaknya.

Komaruddin Hidayat memberi catatan bahwa manusia itu homo festivus, suka berfestival. Festival mengemban tiga misi. Pertama, mengenang budaya dan tradisi lama. Kedua, mengenalkan tradisi (lama) itu kepada generasi baru. Ketiga, memperhadapkan tradisi lama pada situasi hari esok berupa penguatan budaya.

Di ritual mudik ini ada upaya untuk mengenang (tradisi) masa lalu, dan mengenalkan tradisi itu kepada anak-anak agar dapat menjadi nilai-nilai yang positif dalam menghadapi tantangan masa depan.

Semoga mudik tahun ini penuh dengan keberkahan dan sarat dengan makna kehidupan yang dapat membangun Kembali pribadi-pribadi fitri (suci).

Puasa Ramadhan selama sebulan penuh itu memberikan suatu pengalaman spiritual yang agung bahwa hanya manusia-manusia yang takwa saja yang bernilai di hadapan Allah, Sang Khalik. Bukan karena baju baru, kendaraan baru atau selfi di tempat-tempat wisata yang penuh daya tarik.

Esensi mudik lebaran sebenarnya pada kekuatan setiap orang untuk merapatkan kembali tali silaturahmi dan saling memaafkan segala kesalahan untuk kemudian menjadi makhluk baru yang suci (fitri).
Selamat mudik kawan dan jangan lupa bahagia.

Selamat Hari Raya Iedul Fitri
1 Syawal 1445 H
Mohon maaf lahir dan batin