Marhaban Ya Ramadan: Puasa Kok Gibah

“Jika yang kamu katakan (tentang saudaramu) benar, kamu sudah menggunjingnya. Jika tidak, kamu sudah berdusta.”

Dari riwayat Anas r.a: suatu hari Rasulullah menyuruh orang-orang berpuasa. Lalu bersabda, “Tidak ada yang boleh berbuka sampai aku mengizinkan.”

Orang pun berpuasa. Hingga ketika petang, datang seseorang kepada Nabi. Ya Rasulullah. Aku terus berpuasa, katanya. Izinkan aku berbuka. Beliau menyilakan. Begitu juga yang lain. Sampai datang seorang laki-laki yang berkata: “Rasulullah, dua anak gadis dari kabilahmu terus-menerus berpuasa. Mereka malu datang kepadamu. Izinkanlah keduanya berbuka.”
Tapi Nabi hanya berpaling. Orang itu datang kembali: “Rasulullah. Demi Allah. Anak itu sudah meninggal, atau hampir.”
“Bawa mereka ke sini,” jawab Nabi.

Kedua gadis itu menghadap. Rasulullah minta cawan. “Muntahlah,” perintah beliau kepada seorang. Oeek! Gadis itu mengeluarkan darah campur nanah. Juga gadis yang satunya, ketika dapat perintah yang sama. Lalu beliau bersabda: “Mereka ini berpuasa dari yang dihalalkan Allah, tapi menyantap yang diharamkan-Nya. Ketika duduk berdekatan, keduanya memakan daging manusia.”

Tak syak lagi, kerjaan kedua perempuan belia itu bergunjing. “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang jangan pula sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah siapa saja di antaramu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu saja kalian jijik.”(Q.S.49:12).

Tetapi, apa sih gibah atau menggunjing itu?
Pertanyaan itu pernah pula disampaikan Nabi kepada para sahabat beliau. Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Lalu Nabi menerangkannya: “Kamu menyebut saudaramu dengan hal yang tidak disukainya.”
“Apa juga begitu, andaikan yang kukatakan tentang saudaraku itu benar?” tanya seorang sahabat.
“Jika yang kamu katakan benar, kamu sudah menggunjingnya. Jika tidak, kamu sudah berdusta.”

Gunjingan, dikemukakan Al-Ghazali, bisa menyangkut kondisi fisik seseorang (misalnya si juling, si cebol) sikap atau sifatnya (kikir, sombong, pemalas, emosional, bodoh), perbuatannya (pencuri, pemabuk, penzina), dan seterusnya.

Tapi sebagian ulama mengatakan, tidak termasuk bergunjing jika soal yang dibicarakan masuk wilayah agama. Ketika Nabi dilapori seorang perempuan yang rajin salat dan berpuasa tetapi suka menyakiti tetangganya, beliau menjawab: “Dia di neraka.” Tapi ketika seseorang menyebut-nyebut seseorang yang kikir, Nabi balik bertanya: “Jadi, apa kebaikannya?”

Gunjingan memang menyangkut kehormatan. Setiap Muslim atas Muslim lain haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. Demikian kata sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim.

Kita, tentu, berharap puasa yang kita jalani di bulan suci ini diterima Allah SWT. Maka, agar puasa kita tidak sia-sia, yuk kita stop gibah sekarang juga.