KEMARAU PANJANG, APA PERLU SALAT ISTISQA’ NASIONAL?

(Ilustrasi pelaksanaan Salat Istisqa’)

Cuaca panas terik masih melanda sebagian besar wilayah di Indonesia.

Musim kemarau kali ini tidak seperti biasanya, karena lebih kering dan panas. Di sejumlah daerah suhu panas mencapai 37 derajat C, meski tidak sampai sepanas Arab Saudi yang bisa mencapai 47 derajat C, seperti waktu musim haji yang lalu.

Akibat kekeringan tersebut, banyak warga yang menderita karena sulit mendapatkan air bersih untuk kebutuhan minum maupun mandi dan cuci pakaian.

Sumur-sumur warga pun mulai kering, tidak ada lagi air. Kalaupun ada biasanya berbau tidak sedap dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Sungai-sungai juga sama saja, banyak yang mengering. Tidak ada lagi air mengalir karena mata airnya mengering. Begitu pula dengan danau-danau yang banyak diantaranya benar-benar sudah kering kerontang tanpa setetes airpun.

Selain itu kebakaran juga hutan melanda berbagai wilayah yang mengakibatkan banyak warga yang sakit akibat menghirup asap panas (ISPA). Meski aparat pemerintah dan masyarakat telah bekerjasama untuk memadamkan api, namun hal tersebut tidak sebanding dengan luasnya hutan yang terbakar.
Kencangnya angin juga mempercepat api membakar dedaunan dan semak-semak kering. Dan ini selalu berulang dari tahun ke tahun seolah merupakan ritual setiap musim kemarau.

Belum lagi negara tetangga, Malaysia dan Singapura, yang rutin komplain ke pemerintah Indonesia karena negaranya selalu terdampak asap tebal akibat kebakaran hutan Indonesia yang mengganggu kehidupan sosial dan perekonomian.

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia 99% disebabkan oleh ulah manusia. Dan hanya 1% saja yang disebabkan oleh alam.

Kebakaran bisa saja tidak disengaja karena ada yang membuang putung rokok atau membakar sampah, namun ada juga yang disengaja dibakar karena ingin membuka lahan, atau karena sengaja dibayar. Atau, apakah kondisi ini ada kaitannya dengan situasi politik yang memanas dengan makin mendekatnya Pemilu 2024 ? Wallahu a’lam.

Dengan kondisi kemarau yang masih mendera Indonesia ini, timbul pertanyaan, apakah kita perlu melaksanakan salat Istisqa nasional? Dengan salat istisqa’ ini kita bersama-sama memohon kepada Allah Swt agar segera diturunkan hujan dan membuat bumi kita biar lebih sejuk dan hidup terasa lebih nyaman ?

Pengaruh El Nino

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) suhu rata-rata di Indonesia melonjak drastis. Peningkatan suhu ini memang juga dialami secara global, termasuk Indonesia.

Kepala BMKG Dwikorita mengatakan, bahwa mengacu pada data global menunjukkan bahwa secara global suhu rata-rata mengalami peningkatan. Faktanya, Juli dan September 2023 tercatat sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat di muka Bumi.

Data global yang dihimpun BMKG memang menunjukkan bulan Juli hingga September intensitas suhu secara global mengalami peningkatan. Khusus di Indonesia, data yang dikumpulkan dari 116 stasiun pengamatan BMKG menunjukkan adanya kenaikan atau adanya anomali suhu sebesar 0,4 derajat Celsius.

Menurut BMKG seharusnya suhu rata-rata di Indonesia berkisar 26,6 derajat Celsius, namun saat ini rata-rata suhu sudah mencapai 27 derajat Celsius. Bahkan, suhu maksimum di Indonesia sudah mencapai 38 derajat Celsius.

Mengutip buku Prakiraan Musim Hujan 2023/2024, BMKG memprediksi Awal Musim Hujan 2023/2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mundur yaitu pada 446 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 63,81% luas wilayah ZOM Indonesia.

Sebelumnya, sebuah penelitian mengungkap bahwa pada September tahun ini tercatat sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat. Para ahli mengaku terkejut dengan lonjakan suhu panas yang terjadi pada September 2023 ini.
Para pakar mengungkapkan bahwa suhu global melonjak ke rekor baru pada bulan September dengan selisih yang sangat besar. Rekor bulan September terpanas ini terjadi setelah bulan Agustus dan Juli jadi bulan terpanas yang pernah tercatat.

Suhu tinggi telah menyebabkan gelombang panas dan kebakaran hutan di seluruh dunia. Lonjakan suhu pada September 2023 mengalahkan rekor sebelumnya untuk periode yang sama sebesar 0,5 derajat Celsius. Merujuk data-data ilmuwan iklim dari Eropa dan Jepang, bulan September tahun ini lebih hangat sekitar 1,8 derajat Celsius dibandingkan dengan suhu pra-industri.

Panasnya suhu udara merupakan hasil dari tingginya tingkat emisi karbon dioksida yang terus berlanjut, ditambah dengan perubahan cepat dari fenomena El Nino. Tiga tahun sebelumnya terjadi kondisi La Niña di Samudra Pasifik, yang menurunkan suhu global hingga sepersepuluh derajat karena lebih banyak panas yang tersimpan di lautan.

Presiden Salat Istisqa’

Salat Istisqa’ bagi masyarakat Indonesia sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru atau asing.

Hampir setiap tahun sebagian masyarakat Indonesia melaksanakan salat Istisqa’. Ini dilakukan karena menghadapi kesulitan air bersih akibat musim kemarau yang panjang. Musim hujan saat ini tidak lagi bisa diprediksi seperti dua puluh tahun yang lalu. Salat Istisqa’ dianggap sebagai upaya terakhir untuk memohon hujan kepada Allah Swt.

Kementerian Agama di pertengahan bulan September 2023 lalu juga sudah mengimbau kepada umat Islam untuk melaksanakan Salat Istisqa’ atau salat meminta hujan. Menurut Menteri Agama, upaya ini adalah ikhtiar batin untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa.

“Ini adalah bagian dari ikhtiar batin sekaligus bentuk penghambaan kita kepada Allah SWT, memohon agar Allah menurunkan hujan yang lebat merata, untuk mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda. Amin,” kata Menteri Agama Yaqut Cholis Qoumas (15/9/2023).

Presiden Jokowi barangkali satu-satunya presiden yang pernah melakukan salat Istisqa’ saat menghadapi musim kering dan banyaknya hutan yang terbakar di semenanjung Sumatera tahun 2019.

Pada hari Selasa, 17/9/2019 Presiden Jokowi melaksanakan salat Istisqa’ di Masjid Amrulloh, Kompleks TNI AU, Lanud RSN, Pekanbaru, Riau. Pelaksanaan salat tersebut menjadi salah satu upaya untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melalui sisi religi.

Tahun 2019 menjadi tahun yang kelam bagi sejumlah provinsi di Tanah Air akibat kemarau panjang dan kebakaran hutan. Tidak hanya membakar lahan ribuan hektar, namun asap yang mengepul di udara juga berdampak buruk bagi kesehatan dan aktivitas warga. Jutaan orang terpapar polusi dan ditambah lagi musnahnya keragaman hayati.

Seluruh wilayah Asia Tenggara menjadi gelap. Bahkan, efek kabut asap pun sampai menyebar ke beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, dan sebagian kecil wilayah Thailand, Vietnam, Filipina, dan Australia. 

Dilansir dari situs resmi BNPB, tercatat per 30 Desember 2019 total wilayah tidemark di seluruh Indonesia mencapai 942.484 hektar. Bahkan berdasarkan data World Bank (Bank Dunia), total kerugian ekonomi mencapai Rp75 triliun.

Pada tahun 2023 ini musim kemarau telah melanda sebagian kawasan Indonesia dan mengakibatkan banyak hutan terbakar.

Hingga saat ini kita tidak mendengar ada berita bahwa Presiden Jokowi atau Wakil Presiden Ma’ruf Amin telah mengadakan salat Istisqa’, sebagaimana dilakukan pada tahun 2019. Mungkin karena dirasa bahwa kemarau tahun ini tidak sedahsyat kejadian tahun 2019. Namun demikian, sejumlah gubernur, bupati dan wali kota telah mengadakan salat Istisqa’ bersama-sama dengan masyarakat untuk memohon diturunkan hujan. Dan, sungguh-sungguh terjadi, di berbagai tempat kemudian turun hujan deras tidak lama setelah pelaksanaan salat Istisqa’.

Pelaksanaan Salat Istisqa’

Salat Istisqa’ sesuai dengan namanya, adalah salat untuk meminta curahan air penghidupan (thalab as-saqaya) dari Allah Swt.

Para ulama fikih mendefinisikan salat Istisqa’ sebagai salat sunnah muakkadah yang dikerjakan secara berjamaah untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.

Salat Istisqa’ telah dilakukan oleh Rasulullah SAW karena mengalami musim kemarau yang begitu panas.

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., disebutkan:

خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن

Artinya: Nabi Muhammad Saw. keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rakaat bersama kita tanpa azdan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah Swt dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya (HR. Imam Ahmad).

Menurut para ulama, bahwa salat Istisqa’ dapat dikerjakan pada pagi hari hingga sore hari, selama tidak pada waktu diharamkan mengerjakan salat, yaitu tepat matahari di atas kepala atau saat matahari terbenam.

Pelaksanaan salat Istisqa’ dapat dilakukan lebih dari satu kali hingga hujan turun. Hingga hari ini kemarau masih melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Cerita tentang kesulitan air dan kebakaran hutan masih menjadi berita harian yang membuat hati miris.

Di tengah situasi seperti ini sedikit terbayang dan berandai-andai, apakah mungkin diadakan salat Istisqa’ nasional dimana Presiden Jokowi dan para pemimpin Indonesia duduk bersama dan mengadakan salat Istisqa’ untuk memohon kepada Allah Swt agar segera diturunkan hujan sehingga bumi ini menjadi tempat yang nyaman dan damai untuk seluruh umat manusia? Wallahu a’lam.