Amrullah : Penguatan Moderasi Beragama Tugas Kita Semua

Sidoarjo – Program moderasi beragama di sekolah yang dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama merupakan program strategis dan mulia. Dan untuk mendapatkan hasil yang optimal, harus melibatkan stakeholder Pendidikan Agama Islam.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Pendidikan Agama Islam Amrullah, dihadapan peserta acara Penguatan Moderasi Beragama di Sekolah dan PTU yang dilaksanakan di Sidoarjo, Senin, 6/2/2023.

“Kita sudah melakukan berbagai upaya agar program moderasi beragama di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena itu kita melibatkan seluruh stakeholder, baik itu guru, pengawas maupun organisasi masyarakat,” kata Amrullah.

Amrullah juga menyampaikan bahwa program moderasi beragama di sekolah telah menghasilkan beberapa karya dari siswa, guru maupun pengawas PAI. Insersi moderasi beragama melalui media pembelajaran, buku ajar dan materi pembelajaran menjadi objek dalam mengimplementasikan moderasi beragama di sekolah.

“Apa yang kita lakukan sudah memberi dampak kepada pemahaman peserta didik tentang nilai-nilai moderasi beragama di sekolah. Di dalam soal ujian sekolah juga ada muatan moderasi beragama untuk mengukur pemahaman moderasi mereka,” jelas Amrullah.

Namun demikian, menurutnya perlu ada skema program penguatan moderasi beragama yang dapat menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga target dalam Perkin 2023 dapat tercapai.

“Belum semua sekolah kita berikan penguatan moderasi beragama. Dari sekitar 300 ribu sekolah, baru sebagian yang mengikuti penguatan moderasi beragama. Karena itu perlu kita lakukan berbagai strategi agar pada tahun 2023 ini semua mengikuti program penguatan moderasi beragama,” jelas Amrullah.

Untuk Indonesia Emas.

Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Islam Mohamad Ali Ramdhani menyampaikan proyeksi masa depan Indonesia bahwa pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan menjadi Indonesia emas dan menjadi bagian kekuatan utama ekonomi dunia.

“Apabila kita bisa menjaga sikap damai dan rukun antar umat beragama, maka kita bisa mengalami Indonesia emas di usia Indonesia 100 tahun tersebut”, kata Dirjen Ali Ramdhani.   

Hanya saja, menurut Dhani, sapaan akrab Dirjen, kondisi tersebut dapat tercapai apabila didukung dengan situasi yang kondusif dan ajeg. Karena itu dia berharap agar para guru PAI dan siswa di sekolah dapat menjadi penggerak moderasi beragama.

“Para guru PAI dan siswa di sekolah memiliki tanggung jawab yang besar dalam merawat dan mengembangkan moderasi beragama untuk masa depan Indonesia Emas”, imbuh Dhani. 

Mengutip Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Dhani menyatakan bahwa terdapat tiga hal dalam diri manusia yang membuat mereka rela mengorbankan nyawanya, yaitu demi cinta, agama, dan kemerdekaan. 

“Sayangnya, ketiga hal tersebut saat ini maknanya banyak dikaburkan dengan kepentingan sesaat. Padahal urusan cinta, agama, dan semangat kemerdekaan tetap harus menjunjung nilai Kemanusiaan,” terangnya. 

Dirjen juga menjelaskan bahwa makna falsafi keberagamaan yang hakiki adalah dimana agama telah mengajarkan wajah orang menjadi ramah, bukan marah. Agama itu eloknya mengajak, bukan mengejek. Ajaran agama itu membina, bukan menghina.

“Agama itu mengajarkan mencinta, bukan malah mencerca. Untuk itu pendidikan agama Islam di sekolah harus berupaya menghadirkan agama yang ramah, dan penuh rahmah. Karena Islam adalah rahmatan lil’alamin”, tegas Dhani.