MODERASI BERAGAMA: TESTIMONI, REFLEKSI DAN HARAPAN GURU

Muiyah, S.Pd, MM, Guru SMK Negeri 1 Kota Tangerang

Baru kali ini kami mengikuti kegiatan lokakarya dengan tema semacam ini, yakni lokakarya penguatan karakter siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui pengenalan nilai-nilai moderasi beragama. Alhamdulillah kami merasa mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga, yang dapat menjadi bekal bagi kami peserta, terutama peserta dari kelompok anak-anak siswa, dalam membina kehidupan sosial dan beragama kami saat ini dan di masa mendatang.

Saat kami berdialog dengan siswa kami yang ditugaskan oleh pihak sekolah untuk mengikuti kegiatan ini, mereka mengaku sangat bergembira karena mendapatkan pengalaman yang baru pertama kali untuk mereka. Bagi kami, lokakarya ini menjadi ajang pembelajaran dan forum tukar pikiran yang sangat menarik.

Sejauh pengalaman, dan yang kami amati, nilai-nilai moderasi beragama di sekolah kami telah berjalan dengan baik. Ini dapat dibuktikan dengan adanya sikap toleransi antar umat beragama, sikap tolong-menolong, saling menghargai antar sesama warga sekolah, baik muslim maupun non-muslim. Di sekolah kami, yang merupakan sekolah menengah kejuruan umum negeri, dan berlokasi di kota, keberagaman warga sekolah nampak nyata terlihat. Bukan hanya perbedaan latar belakang suku atau golongan, adat-istiadat, namun juga ada perbedaan agama dan paham keagamaan di kalangan internal agama itu sendiri.

Dengan mengikuti lokakarya ini, banyak sekali ilmu dan manfaat yang kami dapatkan, yang insya Allah akan kami gaungkan kembali di lingkungan sekolah. Menurut hemat kami, penting bagi seluruh warga sekolah, baik siswa, guru maupun tenaga kependidikan, untuk mengenal dan memahami nilai-nilai moderasi beragama. Setelah mengenal dan memahami, barulah tahap berikutnya yaitu bagaimana menerapkan atau mengamalkan nilai-nilai moderasi beragama itu di lingkungan sekolah, sehingga akan tercipta tata kehidupan dan pola interaksi di sekolah yang akan semakin baik.

Untuk rencana tindak lanjut, kami akan melakukan pemaparan dan pengenalan nilai-nilai moderasi melalui pengajian rutin sekolah setiap hari Jumat, dengan mengambil tema tentang moderasi beragama. Selain itu kami juga akan mendorong anak-anak, utamanya pengurus OSIS dan pengurus ROHIS, untuk memproduksi video pendek bermuatan moderasi. InsyaAllah secara teknis pembuatan video pendek kami tidak mempunyai hambatan, karena kami sudah mempelajarinya, dan mendapatkan tips atau kiat bagaimana memproduksi video pendek yang menarik.

Terima kasih kami ucapkan kepada jajaran panitia yang telah memberi kesempatan kepada kami mengikuti acara ini, dan telah melaksanakan kegiatan ini dengan baik. Juga terutama kepada Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama yang telah memprogramkan lokakarya ini. Semoga ini semua menjadi amal ibadah kita bersama.

Saiful Anwar, Guru SMK Baabunnajah, Pandeglang

Menurut saya, kegiatan lokakarya yang mengenalkan konsep moderasi beragama di kalangan sekolah, dengan mengikutsertakan siswa dan guru pembina ini adalah kegiatan yang bagus sekali. Selama ini jarang sekali kami mendapatkan forum pembelajaran seperti ini, yang memadukan antara teori dan praktik. Selain pembekalan konsep dan wawasan, ada juga materi teknis tentang bagaimana tips-tips memproduksi sebuah video pendek bermuatan konten moderasi beragama. Selama ini, di sekolah, para siswa hanya mendapatkan pembelajaran agama seperti yang ada dalam teks buku pelajaran. Oleh karena itu, jika nanti diselenggarakan kegiatan serupa dalam pengembangnya atau sebagai tindak lanjut, insyaAllah kami siap mengikuti kegiatan tersebut.

Di lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) kami, untuk agama atau kepercayaan siswa alhamdulillah semuanya muslim. Namun dalam pemahaman keagamaan siswa, tidak semuanya sama. Latar belakang sosial keagamaan dari keluarga para siswa dapat dikatakan cukup beragam. Meskipun hingga saat ini belum dijumpai kasus semisal pemaksaan kehendak/pendapat, atau berkembangnya paham radikal, namun seiring dengan sangat terbukanya arus informasi, potensi itu tetap perlu kita waspadai dan kita bentengi.

Anak-anak usia sekolah dapat dengan leluasa mengakses berbagai macam informasi dan tayangan yang jarang sekali mendapatkan control dari orang tua maupun guru. Termasuk juga dalam hal ini adalah tayangan yang bersifat ceramah atau konten keagamaan (dakwah). Konten keagamaan (dakwah) yang tersedia di laman media sosial ini juga ternyata tidak sedikit yang mengandur unsur-unsur yang bisa menggerus nilai-nilai toleransi, inklusivisme, serta dengan mudah menghakimi pihak lain sebagai kafir. Konten-konten seperti ini cenderung bersifat provokatif.

Untuk itulah, kami sebagai pihak guru agama akan memberikan materi moderasi beragama yang dikaitkan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kepada para siswa. Selain itu, kami juga telah merencanakan pembuatan konten video pendek yang bisa disebarluaskan melalui media sosial. Dengan demikian kami berharap agar siswa dapat mengamalkan praktik kehidupan beragama yang sesuai dengan nilai-nilai moderasi, dengan cara memberikan pemahaman tentang cinta tanah air. Karena negara kita Indonesia memiliki beragam keyakinan serta beragam budaya. Kemudian juga memberikan pemahaman tentang cara bertoleransi, baik antar umat beragama atau antar umat seagama.

Kurniadi, M.Pd., Guru SMK Negeri 1 Kragilan, Kab Serang

Kegiatan lokakarya yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama, melalui kerja sama dengan mitranya yaitu Yayasan Pendidikan Al-Ihsan Indonesia (YPAI), menurut pandangan kami telah dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan kegiatan lokakarya ini telah dapat memberikan kepada kita akan pemahaman dan pandangan yang proporsional terkait masalah moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kaitan dengan program sosialisasi moderasi beragama bagi para pelajar, alhamdulillah kita telah melaksanakan kegiatan yang serupa, yakni lokakarya penguatan karakter siswa melalui nilai-nilai moderasi beragama yang pesertanya sebanyak 120 siswa, terdiri dari pengurus organisasi siswa (OSIS), pengurus rohani Islam (ROHIS), dan juga pengurus dari rohani Kristen. Jadi memang pesertanya tidak hanya dari kalangan muslim, tetapi juga kita melibatkan dan mengikutsertakan peserta dari siswa non-muslim.

Materi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas siswa. Diantaranya adalah mengapa kita harus mencintai tanah air, menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan, menghargai sesama umat manusia yang semuanya merupakan makhluk ciptaan Allah Tuhan Yang Maha Esa, menghormati perbedaan baik beda dalam keyakinan maupun beda suku atau golongan. Dalam ajaran agama Islam, perbedaan itu merupakan sunnatullah, dan perbedaan itu adalah rahmat.

Dari kegiatan inilah kita ingin menunjukkan bahwa walaupun siswa berbeda agama dan budaya, namun tetaplah kita harus berdampingan, hidup secara harmonis. Kita wajib menjaga silaturahmi, kita harus menjaga jati diri kita sebagai bangsa yang beragam itu, sehingga insyaAllah akan tercipta sebuah kerukunan di dalam kehidupan, khususnya di dalam kehidupan lingkungan sekolah.

Kegiatan yang bisa kita laksanakan di dalam mewujudkan nilai-nilai moderasi beragama di lingkungan sekolah, salah satu diantaranya adalah melaksanakan kegiatan bersama antara siswa-siswa yang berbeda agama. Dalam hal ini contohnya adalah siswa muslim dan siswa non-muslim. Jadi ini mungkin kita bisa melakukan kegiatan bersama-sama, sehingga dengan kegiatan tersebut akan menumbuhkan harmonisasi, akan menumbuhkan rasa kebersamaan, akan menumbuhkan rasa kepedulian bersama-sama. Dan ini tentunya akan berpengaruh besar terhadap persatuan dan kesatuan bangsa kita.

Tak lupa kami juga memberikan arahan kepada para siswa, khususnya pengurus OSIS dan pengurus kerohanian siswa, untuk turut berperan aktif dalam kampanye atau pengenalan moderasi beragama di kalangan generasi muda (Generasi Z). Kami mendorong mereka untuk memproduksi konten video pendek moderasi beragama, yang nantinya menjadi materi sosialisasi di ranah media sosial. Karya-karya seperti ini menjadi penting dan strategis untuk memberikan pilihan konten lain yang positif bagi generasi muda yang memang gemar mengakses media sosial. Akan tetapi, meskipun bermuatan moderasi, karya-karya video pendek tersebut harus tetap menarik bagi kalangan generasi Z.

Kondisi kehidupan moderasi beragama di lingkungan sekolah kami, yakni Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kragilan, Kab. Serang, alhamdulillah sangat kondusif, karena sejauh ini tidak dijumpai masalah yang terkait dengan intoleransi maupun radikalisme, baik atas nama keyakinan maupun budaya. Di sekolah kami para siswa, dan juga unsur pendidik, berasal dari beberapa latar belakang suku, ras, dan sistem kepercayaan atau agama. Salah satunya adalah kita memiliki siswa dari program ADEM, yaitu siswa yang berasal dari Papua yang beragama non-muslim. Selain siswa dari provinsi Papua, juga ada beberapa siswa lainnya yang juga non-muslim. Namun perbedaan itu tidak menjadi masalah. Alhamdulillah kita (semua stakeholder sekolah) bisa bergandengan tangan dan bersama-sama mewujudkan tujuan sekolah, dan mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang baik.


H. Ahmad Supyani, Guru SMK Negeri 1 Kab Tangerang

Alhamdulillah pada 13-15 Oktober kemarin, kami bisa mengikuti kegiatan lokakarya penguatan karakter siswa SMK melalui pengenalan nilai-nilai moderasi beragama, di kota Serang. Kegiatan tersebut telah berjalan dengan baik, lancar dan sukses. Semoga kegiatan tersebut menjadi motivasi untuk kita semua. Dan hasil, wawasan serta pengetahuan yang kami dapatkan dari kegiatan tersebut, kami bisa mensosialisasikannya kepada lingkungan dan warga sekolah.

Di lingkungan sekolah kami, kondisi pengamalan moderasi beragama alhamdulillah sejauh ini bisa berjalan dengan baik. Nilai-nilai integrasi, solidaritas, toleransi dan tenggang rasa antara satu dengan yang lain, telah dapat dipraktikkan oleh warga sekolah. Para siswa menunjukkan sikap persahabatan dan kebersamaan. Meski minoritas, siswa non-muslim belum pernah tercatat melaporkan keluhan atau laporan atas tindakan yang bersifat diskriminatif.

Tentu saja pihak sekolah memiliki kewajiban untuk turut menanamkan nilai-nilai moderasi beragama bagi para siswa. Kuatnya karakter siswa yang diwarnai nilai-nilai moderasi beragama, juga menjadi bagian dari tanggung jawab sekolah. Untuk itu, kami akan mendorong sekolah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada siswa agar mereka terbiasa menerapkan atau mengamalkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Sebagaimana kita ketahui, saat ini tema moderasi beragama menjadi salah satu fokus pemerintah. Melalui Kementerian Agama, pemerintah gencar melakukan upaya sosialisasi yang dimaksudkan untuk mencegah fenomena dan isu seperti terorisme, islamofobia, sikap beragama yang berlebihan, juga diskriminasi terhadap satu golongan.

Bisa dikatakan saat ini banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang moderasi beragama, termasuk juga kalangan pelajar. Untuk itu pemerintah mulai aktif memberikan edukasi dan menggalakkan literasi tentang moderasi beragama melalui lembaga pendidikan dengan memberikan pemahaman dari tingkat sekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Tentunya peran pendidikan sangat penting sebagai wadah dalam pemahaman moderasi beragama untuk mencegah fenomena dan isu keagamaan yang dapat memecah persatuan umat beragama. Oleh karenanya lembaga pendidikan diharapkan juga turut berperan aktif dan ambil bagian dalam upaya ini. Melalui upaya pemahaman dan pengenalan konsep moderasi beragama, diharapkan bisa memberikan cara pandang, sikap dan perilaku untuk mengambil tindakan yang tidak ekstrem dalam memahami agama.

Dengan memahami konsep moderasi beragama, diharapkan peserta didik dapat menghargai perbedaan pendapat, turut menebar kebaikan, dan saling tolong menolong tanpa memandang perbedaan. Para siswa juga akan memiliki sikap bijaksana. Dengan karakter ini, siswa bukan hanya dapat mengetahui benar dan salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, memiliki kesadaran dan kepedulian akan sesamanya, serta komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

Eki, Guru SMK Negeri 8 Kab Pandeglang

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena kami dapat mengikuti lokakarya tentang moderasi beragama. Bersama dua siswa kami yang merupajan pengurus OSIS dan pengurus ROHIS dari SMK Negeri 8 Kabupaten Pandeglang, kami mendapatkan banyak pelajaran, pengalaman, dan pembentukan sikap karakter yang sangat berharga. Karenanya menurut hemat kami, acara ini sangat bagus dan bermanfaat. Kita menjadi tahu dan paham bagaimana seharusnya sikap keberagamaan kita dalam hidup sehari-hari, khususnya pergaulan antar umat beragama.

Di lingkungan sekolah, kami masih dalam tahap mengamati serta mengevaluasi kondisi kehidupan moderasi beragama, mengingat semua guru dan siswanya beragama Islam. Begitupun masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah, semuanya adalah muslim. Untuk kasus intoleransi, misalnya, kami belum menemukan atau mendapatkan laporan tentang itu di sekolah. Sedangkan untuk kasus lain seperti radikalisme dan ekstrimisme, ini perlu kewaspadaan dan kehati-hatian dalam memberikan pemahaman kepada semua warga sekolah.

Mengenai rencana tindak lanjut, insyaAllah akan ada rencana diskusi atau transfer ilmu kepada seluruh pengurus OSIS dan mereka para siswa yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Jika dimungkinkan, kegiatan ini bisa dilakukan secara periodik sehingga para siswa bisa memiliki pemahaman yang lebih matang. Harapannya mereka dapat meneruskannya kepada teman-temannya sesama siswa maupun teman di lingkungan rumah tangganya. Selain itu, kami juga akan membuat video lanjutan atau video pendek dengan judul yang berbeda, terkait tema moderasi beragama.

Kami menyarankan agar para siswa diberikan informasi dan pengetahuan terkait penjabaran tema moderasi beragama dalam bentuk tindakan-tindakan yang sederhana, perilaku sehari-hari, yang sangat erat dengan situasi kehidupan mereka. Hal ini dimaksudkan agar siswa mudah memahaminya apa itu atau apa saja contoh dari kehidupan moderasi beragama. Dengan demikian para siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Rohilatussa’adiah, Guru SMK Sindangkarya Islamic School, Kabupaten Serang

Kegiatan lokakarya tentang penguatan karakter siswa melalui pengenalan nilai-nilai moderasi beragama yang kami ikuti pertengahan Oktober 2022 lalu, sangat bermanfaat bagi kami para peserta, terlebih bagi anak-anak siswa. Setelah mengikuti kegiatan lokakarya ini, mereka bisa lebih mengetahui dan memahami apa itu moderasi beragama, dimana sebelumnya kebanyakan mereka masih awam, masih asing di telinga mereka dalam kehidupan sehari-hari tentang konsep dan pengertian moderasi beragama.

Terkait dengan kondisi kehidupan atau praktik moderasi beragama di lingkungan sekolah, menurut hemat saya sudah cukup berjalan dengan baik. Para siswa satu dengan lainnya dapat hidup berdampingan, rukun dan saling tolong-menolong. Salah satu dari sembilan nilai moderasi beragama, yaitu syuro atau musyawarah, sudah dikenal baik oleh para siswa di lingkungan sekolah kami, menjadi nilai yang kerap kami praktikkan dan menjadi prinsip yang dijunjung tinggi. J

ika anak-anak akan melaksanakan satu kegiatan tertentu, baik itu kegiatan organisasi siswa (OSIS) atau unit kerohanian (ROHIS), atau inisiatif kegiatan lainnya seperti pemilihan ketua kelas, biasanya akan dibicarakan bersama terlebih dahulu. Pengurus atau panitia yang terlibat dalam perumusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pandangan-pandangannya. Dalam proses ini mereka belajar bagaimana mendengarkan, menghargai pandangan orang lain, dan menghormati setiap perbedaan pendapat. Proses dan dialektika ini sangat penting dalam membentuk karakter siswa yang sejalan dengan nilai-nilai moderasi beragama. Mereka belajar menjunjung toleransi, bersikap toleran terhadap pandangan atau pendapat yang berbeda.

Rencana tindak lanjut untuk dapat mengenalkan moderasi beragama di sekolah, kami berfikir untuk menyampaikan dan mengenalkan materi moderasi ini kepada siswa, secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam proses pembelajaran di kelas ketika mata pelajaran berlangsung, terutama di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang saya ampu. Selain itu, materi moderasi juga akan kami sampaikan melalui kegiatan pengajian rutin siswa yang dilaksanakan seminggu sekali.

Kami menyarankan agar para siswa dapat mengamalkan nilai-nilai moderasi beragama, maka perlu dilakukan sosialisasi di internal sekolah, melibatkan atau mengikut-sertakan para guru dan tenaga kependidikan, serta memotivasi mereka untuk mulai menerapkan sembilan nilai moderasi beragama sedikit demi sedikit, mulai dari hal terkecil terlebih dahulu. Kami dan para guru lainnya akan memberi contoh dan menjadi teladan dalam pengamalan nilai-nilai moderasi ini.

Pembentukan karakter niscaya tidak bisa dilakukan secara instan. Upaya ini jelas perlu proses, mulai dari pemahaman, internalisasi, pembiasaan dalam perilaku dan sikap sehari-hari, hingga akhirnya akan membentuk karakter seseorang.

Demikianlah, semoga dengan dimulai dari kegiatan lokakarya ini, spiritnya akan terus berkembang. Dari mulai lingkungan sekolah, para siswa nantinya akan dapat menjadi agen-agen moderasi beragama, baik di lingkungan komunitasnya maupun di lingkungan masyarakatnya.

Desti, Guru SMK Islamic Village Tangerang

Setelah mengikuti kegiatan lokakarya kemarin, kami mendapatkan banyak hal. Kami menjadi lebih paham apa itu moderasi beragama. Pikiran kami menjadi lebih terbuka akan perbedaan, dan juga perlunya kita tidak bertindak ekstrim dalam beragama. Sangat penting bagi kita untuk bersikap moderat (wasathiyah) dalam beragama, tidak bersikap ekstrim atau radikal. Pada anak-anak siswa, sikap ekstrim atau radikal ini mungkin belum begitu nampak, namun jika tidak dikenalkan dengan nilai-nilai moderasi beragama, tidak menutup kemungkinan mereka bisa terpapar paham radikalisme yang kemudian membawanya bersikap ekstrim. Disinilah barangkali letak penting dan strategisnya makna moderasi beragama.

Akan halnya kondisi kehidupan moderasi beragama di lingkungan sekolah kami, secara umum dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dikarenakan lingkungannya mayoritas siswa adalah muslim (sesuai namanya Islamic Village). Meski begitu, kami merasa perlu pengenalan lagi akan konsep dan nilai-nilai moderasi beragama bagi siswa dan siswi kami.

Atas dasar itu, kami memiliki rencana tindak lanjut dari kegiatan lokakarya kemarin untuk lebih mengenalkan moderasi beragama di lingkungan sekolah. Kami ingin melakukan sosialisasi kepada seluruh siswa, guru dan tenaga kependidikan di sekolah kami. Memberikan pengertian, penjelasan dan pengarahan bahwasanya kita perlu menghargai, saling toleransi terhadap perbedaan apapun, baik dari segi agama atau kepercayaan, budaya, tradisi dan adat istiadat maupun suku atau golongan.

Kami juga berencana akan membuat video pendek dengan tema moderasi beragama. Kami akan mendorong siswa untuk menentukan idenya, menyusun konsep produksi, membuat script, hingga pelaksanaan shooting dan penggarapan pasca produksinya.

Agar para siswa dapat mengamalkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari kami akan memulainya dengan tahap pengenalan terlebih dahulu, baik penjelasan latar belakang, pengertian konsep, prinsip dan nilai-nilai, serta arti penting moderasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan sampai persatuan dan kesatuan bangsa kita yang telah dibangun oleh para pendiri bangsa kemudian dirusak oleh sikap-sikap yang bernuansa intoleran, radikal, dan tidak menghargai perbedaan.

Penting juga bagi siswa untuk mengenal secara langsung kondisi kehidupan beragama umat non-muslim. Oleh karena itu, kami akan menjadwalkan untuk mengajak para siswa mengunjungi dan bersilaturahmi ke tempat-tempat peribadatan dari agama non Islam, lalu juga berkunjung ke museum-museum budaya yang berbeda-beda. Dari kegiatan kunjungan dan pengenalan agama dan budaya non Islam, diharapkan para siswa bisa menghargai perbedaan dan memahami bahwasanya perbedaan itu ada dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat beragam ini. Perbedaan tidak perlu dijauhi. Perbedaan bukanlah hal yang salah dan tabu, karena pada dasarnya Allah menciptakan kita berbeda-beda. Siapapun yang berbeda tidak boleh kita hakimi, kita hina dan kita remehkan. Kita perlu memahami, menghargai, dan saling menghormati perbedaan.

Selain mengunjungi tempat-tempat ibadah dari umat agama non Islam serta ke museum-museum budaya, kami juga akan menambahkan pada materi pembelajaran agama Islam (PAI) tentang nilai-nilai moderasi beragama. Penting bagi kita untuk memahamkan kepada para siswa bahwa nilai-nilai moderasi memiliki arti strategis dalam menata kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Siti Munawaroh, Guru SMK Negeri 1 Kota Serang

Kegiatan lokakarya moderasi beragama yang diadakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama, sangat penting dan bermanfaat. Kegiatan ini membuka pandangan kami bagaimana seharusnya kita bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesama umat seagama, antar umat beragama, dengan mereka yang berbeda latar belakang suku maupun golongannya. Terjalin kebersamaan sehingga dapat menjalin persatuan dan kesatuan. Tercermin dalam kehidupan sehari-hari, terhindarkan dari salah pergaulan seperti perundungan yang banyak melahirkan kebencian dan perbuatan-perbuatan yang menyimpang seperti tawuran dan lain sebagainya.

Di SMKN 1 Kota Serang, baik siswa maupun tenaga pendidik terdiri dari beraneka ragam golongan ras, suku maupun agama. Keluarga besar sekolah kami sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan persatuan. Kita saling menjunjung tinggi toleransi, saling menghargai perbedaan yang ada pada masing-masing individu maupun kelompok. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan peringatan hari besar Islam (PHBI). Sudah menjadi kegiatan rutin kami misalnya, pada bulan Muharram, kami mengadakan santunan kepada anak yatim. Anak yatim yang ada di sekolah kami banyak mereka yang beragama Kristen, Hindu, Buddha, juga kami samakan dengan yang beragama Islam pada saat pemberian santunan tersebut.

Begitu juga pada saat kami melaksanakan kegiatan Idul Adha. Pada saat kami melaksanakan kegiatan pembelajaran idul qurban (penyembelihan hewan qurban), para siswa yang beragama non Islam pun akan mendapatkan bagian yang sama. Ini tentu saja konteksnya adalah pembelajaran.

Di sekolah kami memiliki 8 jurusan, diantaranya jurusan akuntansi, sekretaris, pemasaran, desain komunikasi visual (DKV), tehnik jaringan, kuliner, perhotelan dan tata busana. Karena letak domisili sekolah kami di kota, tentunya siswa kami bukan hanya penduduk asli dari wilayah Banten saja, melainkan berasal dari bermacam-macam suku, agama dan ras.sehingga dalam proses pendidikan dan pembelajaran berjalan atau berlangsung secara bervariasi sehingga melahirkan siswa yang unggul, berprestasi, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat nasional.

Perbedaan bukanlah suatu rintangan bagi sekolah kami, akan tetapi kami percaya justru perbedaan itu akan melahirkan banyak pengetahuan, baik di bidang seni, budaya, bahasa dan kultur. Itulah yang dalam bahasa agama disebut “perbedaan adalah rahmat”. Karena kami menjunjung tinggi kebersamaan, persatuan dan keadilan, maka hal ini memicu lahirnya banyak prestasi. Prestasi-prestasi tersebut kami tidak membedakan mana siswa-siswi yang muslim dan mana siswa-siswi yang non-muslim. Jika siswa yang berprestasi beragama non-Islam, kami justru memberikan motivasi kepada siswa yang muslim agar mau mencontoh kepada siswa yang berprestasi tersebut walaupun berbeda agama atau keyakinannya dan berasal dari latar belakang suku-budaya yang berbeda (bukan orang Banten asli).

Kartini, Guru SMK Insan Aqilah Serang

Saya merasa sangat bersyukur diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan lokakarya penguatan karakter siswa melalui pengenalan nilai-nilai moderasi beragama. Sebab kesempatan seperti ini sangat jarang bagi kami. Oleh karena itu hal ini merupakan acara atau kegiatan yang sangat berharga bagi kami. Di samping itu, materi lokakarya ini juga sangat penting bagi kami yang sehari-hari berkecimpung dan terlibat dalam pembinaan anak-anak siswa, yang notabene mereka merupakan generasi masa depan. Generasi muda ini harus kita persiapkan dengan baik untuk menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan.

Dari acara tersebut kami mendapatkan pengetahuan baru, wawasan yang lebih baik, para peserta lain sebagai teman-teman baru yang dapat menambah pengalaman kami sebagai peserta lokakarya sekaligus pendidik anak-anak di sekolah.

Saya berpendapat, pendidikan dan penguatan karakter bagi para siswa merupakan hal yang cukup mendesak saat ini, mengingat setiap hari para siswa menyerap beragam informasi dan tontonan yang tidak mungkin kita seleksi, sehingga hal ini akan mempengaruhi dan mewarnai pertumbuhan karakter anak-anak siswa. Karena itulah pengenalan nilai-nilai moderasi diharapkan dapat mengimbangi dan menyelaraskan dalam konteks pertumbuhan mental dan pembentukan karakter anak didik yang moderat, toleran, inklusif yang sesuai dengan nilai-nilai moderasi beragama.

Kondisi moderasi beragama di sekolah kami cukup baik, karena disini juga kami mendidik siswa yang beragama non Islam. Sejauh ini mereka bisa bekerjasama, bisa berbaur, bergabung dalam satu lingkungan sekolah untuk belajar bersama, mengembangkan aktifitas bersama pula.

Untuk bisa lebih mengenalkan moderasi beragama di lingkungan sekolah, kami telah memiliki program untuk menyisipkan dan memasukkan materi moderasi ini dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), juga dalam pengajian rutin para siswa yang dilaksanakan seminggu sekali. Di sekolah kami, pengajian rutin mingguan siswa ini dinamakan “Muhadhoroh”.

Agar para siswa dapat mengamalkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari, maka kami sebagai guru berupaya terus-menerus memberikan pemahaman dan edukasi kepada mereka. Di samping itu, kami para guru juga siap memberikan contoh keteladanan supaya para siswa bisa menerapkannya dalam praktik kehidupan sehari-hari.