MODERASI BERAGAMA: TESTIMONI ROHILATUSSA’ADIAH (1)

Kegiatan lokakarya tentang penguatan karakter siswa melalui pengenalan nilai-nilai moderasi beragama yang kami ikuti pertengahan Oktober 2022 lalu, sangat bermanfaat bagi kami para peserta, terlebih bagi anak-anak siswa. Setelah mengikuti kegiatan lokakarya ini, mereka bisa lebih mengetahui dan memahami apa itu moderasi beragama, dimana sebelumnya kebanyakan mereka masih awam, masih asing di telinga mereka dalam kehidupan sehari-hari tentang konsep dan pengertian moderasi beragama.

Terkait dengan kondisi kehidupan atau praktik moderasi beragama di lingkungan sekolah, menurut hemat saya sudah cukup berjalan dengan baik. Para siswa satu dengan lainnya dapat hidup berdampingan, rukun dan saling tolong-menolong. Salah satu dari sembilan nilai moderasi beragama, yaitu syuro atau musyawarah, sudah dikenal baik oleh para siswa di lingkungan sekolah kami, menjadi nilai yang kerap kami praktikkan dan menjadi prinsip yang dijunjung tinggi.

Jika anak-anak akan melaksanakan satu kegiatan tertentu, baik itu kegiatan organisasi siswa (OSIS) atau unit kerohanian (ROHIS), atau inisiatif kegiatan lainnya seperti pemilihan ketua kelas, biasanya akan dibicarakan bersama terlebih dahulu. Pengurus atau panitia yang terlibat dalam perumusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pandangan-pandangannya. Dalam proses ini mereka belajar bagaimana mendengarkan, menghargai pandangan orang lain, dan menghormati setiap perbedaan pendapat. Proses dan dialektika ini sangat penting dalam membentuk karakter siswa yang sejalan dengan nilai-nilai moderasi beragama. Mereka belajar menjunjung toleransi, bersikap toleran terhadap pandangan atau pendapat yang berbeda.

Rencana tindak lanjut untuk dapat mengenalkan moderasi beragama di sekolah, kami berfikir untuk menyampaikan dan mengenalkan materi moderasi ini kepada siswa, secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam proses pembelajaran di kelas ketika mata pelajaran berlangsung, terutama di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang saya ampu. Selain itu, materi moderasi juga akan kami sampaikan melalui kegiatan pengajian rutin siswa yang dilaksanakan seminggu sekali.

Kami menyarankan agar para siswa dapat mengamalkan nilai-nilai moderasi beragama, maka perlu dilakukan sosialisasi di internal sekolah, melibatkan atau mengikut-sertakan para guru dan tenaga kependidikan, serta memotivasi mereka untuk mulai menerapkan sembilan nilai moderasi beragama sedikit demi sedikit, mulai dari hal terkecil terlebih dahulu. Kami dan para guru lainnya akan memberi contoh dan menjadi teladan dalam pengamalan nilai-nilai moderasi ini.

Pembentukan karakter niscaya tidak bisa dilakukan secara instan. Upaya ini jelas perlu proses, mulai dari pemahaman, internalisasi, pembiasaan dalam perilaku dan sikap sehari-hari, hingga akhirnya akan membentuk karakter seseorang.

Demikianlah, semoga dengan dimulai dari kegiatan lokakarya ini, spiritnya akan terus berkembang. Dari mulai lingkungan sekolah, para siswa nantinya akan dapat menjadi agen-agen moderasi beragama, baik di lingkungan komunitasnya maupun di lingkungan masyarakatnya.

Rohilatussa’adiah, Guru SMK Sindangkarya Islamic School, Kabupaten Serang