Menumbuhkan Moderasi Beragama di Lingkungan Sekolah

Tema moderasi beragama merupakan salah satu program prioritas pemerintah saat ini. Oleh karena itu, sebagai program prioritas nasional, maka program ini harus kita sampaikan seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah kalangan pelajar, yang merupakan kelompok terbesar dalam masyarakat. Kelompok inilah yang dalam beberapa tahun ke depan akan berperan penting dan turut mewarnai kemajuan serta perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Karenanya, lokakarya ini menjadi sangat penting, mendesak, dan strategis bagi kelompok siswa dan guru pembina, baik tingkat sekolah lanjutan atas maupun perguruan tinggi.

Apa moderasi beragama itu, dan mengapa dia penting? Nanti para narasumber kita akan menyampaikan pemaparan yang menyeluruh. Namun sedikit saya sampaikan bahwa moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik kita beragama dalam kehidupan bersama, yang tidak menganut paham liberal atau bebas, maupun sebaliknya. Jadi moderasi beragama ini pada hakikatnya adalah ikhtiar dan proses yang terus menerus untuk bagaimana kita membangun cara pandang, sikap dan praktik beragama dalam kehidupan bersama.

Urgensi Moderasi Beragama

Moderasi beragama diperlukan karena realitas bangsa Indonesia yang sangat majemuk. Indonesia kita ini merupakan negara dengan sejuta keragaman di dalamnya yang mencakup bahasa, suku, adat-istiadat, status sosial, budaya dan agama. Keragaman di Indonesia menjadi sebuah mozaik khazanah bagi kehidupan masyarakat di dalamnya. Keragaman yang terjadi di Indonesia, disadari ataupun tidak, sering berujung dengan berbagai konflik yang mendorong terjadinya ancaman bagi persatuan bangsa (disintegrasi nasional). Kemajemukan kita saat ini menghadapi banyak tantangan serius sehingga dibutuhkan strategi untuk memperkuat tatanan kehidupan harmonis umat beragama di tengah keragaman. Karena itulah diperlukan suatu keterlibatan seluruh elemen masyarakat guna mewujudkan integrasi nasional dan merawat perdamaian bangsa.

Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim diperlukan suatu kerja sama dengan para ulama dan ilmuwan yang memiliki perhatian terhadap persoalan keragaman dengan memberikan pemahaman serta infomasi terkait keberagamaan di berbagai lingkup untuk membangun kesadaran secara bersama. Untuk menghindari ketidakselarasan dalam konteks fundamentalisme dan radikalisme agama, perlu ditumbuhkan kesadaran beragama yang moderat dan terbuka (inklusif).

Menumbuhkan moderasi beragama diperlukan pendekatan sosial, pendekatan agama serta pendekatan multikultural. Namun pendekatan agama lebih didahulukan karena dipandang memiliki faktor lebih dominan terhadap kehidupan seseorang. Perlu digarisbawahi bahwa sebagai pemeluk agama lebih baik kita menghindari sikap berlebihan dalam beragama dan memilih kehati-hatian bersikap.

Prinsip moderasi sudah terkandung dalam agama, yaitu keseimbangan serta keadilan. Memahami moderasi beragama harus mempertimbangkan konteks kehidupan sosial kita. Yang juga harus ditekankan bahwa yang dimoderatkan bukan agama, melainkan pemahaman atau cara individu atau kelompok beragama yang perlu dimoderatkan.

Dengan mengamalkan moderasi beragama berarti kita menghindari sikap ekstrem, radikal, intoleran, eksklusif yang hanya menganggap diri dan kelompoknya saja yang paling benar dan yang lain salah. Karena itu, moderasi beragama erat kaitannya dengan sikap toleransi dan tenggang rasa yang harus dimiliki, guna menjaga kebersamaan serta mampu menghargai satu dengan yang lain.

Lalu bagaimana moderasi beragama dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sekolah? Moderasi beragama sangat penting untuk ditanamkan kepada peserta didik agar tercipta hubungan harmonis antara guru, peserta didik, masyarakat dan lingkungan sekitar, sehingga tercipta lingkungan yang damai, nyaman dan aman dari berbagai ancaman. Oleh karenanya, pengenalan dan pemahaman moderasi beragama bagi warga sekolah juga dimaksudkan untuk menghilangkan kekerasan, atau menghindari sikap ekstrem dalam praktik beragama. Sikap moderat atau moderasi beragama itu adalah sikap dewasa yang baik dan sangat diperlukan. Radikalisasi dan radikalisme, kekerasan dan kejahatan, termasuk ujaran kebencian dan hoaks, terutama atas nama agama, merupakan sikap kekanak-kanakan, jahat dan memecah belah, dan termasuk perbuatan yang akan merusak tatanan kehidupan.

Moderasi beragama itu penting karena keragaman dalam hal beragama itu tidak mungkin dihilangkan. Ide dasar dari moderasi adalah mencari persamaan dan bukan mempertajam perbedaan.

Setidaknya kita dapat mengemukakan beberapa alasan mengapa kita perlu ber-moderasi beragama. Pertama, moderasi beragama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, tidak serta merta hanya mengangungkan nama Tuhan dan mengesampingkan nilai kemanusiaan. Kedua, agar peradaban manusia tidak musnah akibat konflik berlatar agama. Ketiga, untuk konteks Indonesia, moderasi beragama diperlukan sebagai strategi kebudayaan kita dalam merawat keindonesiaan. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia yang heterogen, majemuk, bersuku-suku, dan beragam adat-istiadat.

Apakah moderasi beragama itu diperlukan di lingkungan sekolah? Jawabannya iya. Di era modern sekarang ini penyebaran paham radikal di kalangan pelajar terus digencarkan oleh kelompok radikal, terutama melalui media sosial. Apalagi di masa pandemi Covid=19, pembelajaran harus dilakukan dengan metode daring yang mana memudahkan pelajar dalam mengakses informasi internet, tidak terkecuali konten berbau radikalisme. 

Kelompok-kelompok yang menganut paham radikal ini juga menjadikan pelajar sebagai sasaran gerakannya. Para pelajar “dibina” dalam konteks regenerasi yang menjanjikan untuk terus beroperasinya gerakan kelompok radikal dan teroris. Hal ini terjadi seringkali dimulai dengan pemahaman yang dangkal terhadap ajaran agama. Karena itu, penanaman dan pengembangan moderasi beragama sangat penting sebagai cara pandang generasi millenial dalam memahami dan mendalami Islam. Sehingga pendidikan agama di sekolah tidak hanya membentuk kesalehan individu, tapi juga mampu menjadikan paham agamanya sebagai instrumen untuk menghargai sesama umat mapun dengan umat berlainan agama.

Siswa SMK Didorong Menjadi Penggerak Moderasi Beragama

Kementerian Agama mendorong para pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) di Provinsi Banten untuk dapat menjadi pelopor dan agen-agen dari program moderasi beragama yang dikembangkan oleh Kementerian Agama. Dalam konteks itulah kegiatan lokakarya ini memiliki makna strategis, sehingga semua siswa dan guru SMK dapat memahami maksud dan tujuan program moderasi beragama. Nantinya para peserta diharapkan mampu berperan sebagai motor penggerak moderasi beragama untuk mendukung dunia sekolah kita menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dan membangun masa depan yang lebih baik.

Saat ini pemerintah memberi perhatian yang sangat besar kepada SMK. Hal ini agar anak-anak Indonesia mempunyai pengetahuan dan keahlian yang nyata dan menjadi tenaga terdidik yang terampil. Terlebih para siswa yang mengambil jurusan multimedia diharapkan dapat membantu Kementerian Agama. Kesempatan ini harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Lalu, apa yang kemudian bisa dilakukan oleh para siswa? Tentu dengan keterampilannya, mereka dapat memproduksi konten-konten positif berisi pesan damai agama, menyemai gagasan kebangsaan, dan menanamkan nilai-nilai keragaman. Ini merupakan peran dan kontribusi yang sangat berharga untuk sosialisasi dan edukasi moderasi beragama di kalangan pelajar atau generasi millennial.

Peran Guru Agama dalam Program Moderasi Beragama

Bagaimana dengan para guru pendidikan agama Islam (PAI) di SMK? Guru agama mempunyai perang sangat penting dalam program ini. Kementerian Agama mendorong guru-guru PAI untuk terus membimbing para siswa dengan memberikan pengertian dan pemahaman yang jelas tentang maksud dan tujuan moderasi beragama di sekolah. Para guru PAI SMK diharapkan dapat memberikan pembelajaran agama yang menarik dan menyenangkan, sehingga dapat memperlihatkan wajah Islam yang damai, penuh kasih dan saying, menghargai perbedaan, menghormati keyakinan umat beragama lain, dan menjunjung tinggi toleransi. Karena Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil‘alamin).

Bersama dengan pengurus OSIS maupun pengurus ROHIS, guru juga dapat menginisiasi program dan melaksanakan kegiatan lain sebagai bentuk edukasi moderasi beragama bagi para siswa. Banyak model kegiatan yang menarik dan menyenangkan, yang dapat dikemas agar spirit dan nilai-nilai moderasi dapat tersampaikan, baik melalui bentuk kegiatan berorganisasi, sosial kemasyarakatan, olahraga maupun kesenian. Jadi, moderasi beragama harus kita kuatkan di semua lini, agar anak-anak kita di SMK mempunyai pemahaman beragama dan bernegara yang benar dan bertanggung jawab.

Guru agama diharapkan aktif memanfaatkan peran strategisnya untuk membina kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah, dan menguatkan moderasi beragama bagi peserta didik. Pihak sekolah juga dituntut untuk dapat menyeleksi perekrutan guru agama yang moderat. Karena guru akan menjadi teladan, dimana segala tindakan, tingkah laku, perbuatan, sikap dan perkataan terekam dalam kehidupan peserta didik.

Jika kita amati, kondisi kemanusiaan kita sekarang ini terjadi apa yang sering disebut dengan degradasi moral, yaitu menurunnya standar akhlak, yang menjadi pedoman keshalehan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pandangan yang mengatakan bahwa etika kesopanan peserta didik dirasa menurun akibat terpengaruh perkembangan dan modernisasi yang, dalam banyak hal, meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan.

Di sinilah guru berperan penting dalam menjadikan peserta didik beradab serta meningkatkan kualitas moral. Guru agama dapat menjadi pelopor terdepan dalam proses pendidikan dan transformasi, agar peserta didik dapat berfikir moderat, santun dan mendorong siswanya agar memiliki akhlak mulia. Penanaman nilai-nilai dalam moderasi beragama kepada peserta didik harus terus ditumbuhkembangkan sebagai pembiasaan baik dalam beragama dan merawat keberagamaan untuk kehidupannya.

Penutup

Akhirnya kami mengucapkan selamat atas dimulainya kegiatan lokakarya “Penguatan Karakter Siswa dan Guru PAI SMK Banten Melalui Pengenalan Nilai-nilai Moderasi Beragama.” Semoga kegiatan yang akan berlangsung selama 3 hari ini dapat dimanfaatkan secara baik guna mendapatkan hasil maksimal seperti harapan kita bersama. Sekali lagi kami sampaikan terima kasih kepada mitra kami yaitu Yayasan Pendidikan Al-Ihsan Indonesia (YPAI) dan kepada sekolah-sekolah yang telah turut berpartisipasi.

Catatan Redaksi: Tulisan ini disarikan dari pidato pengarahan Direktur Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI, Drs. Amrullah, M.Si, pada pembukaan Lokakarya “Penguatan Karakter Siswa SMK Banten Melalui Pengenalan Nilai-nilai Moderasi Beragama”, yang diselengarakan Kementerian Agama RI dan Yayasan Pendidikan Al-Ihsan Indonesia (YPAI) di Serang, 13-15 Oktober 2022.