Al-Kindi Pendiri Psikofisik

Abu Yusuf Al-Kindi, sumber: 1001inventions.com
Author : Wijaya Ramces
Di dunia Islam Abu Yusuf Al-Kindi lebih dikenal sebagai ahli filsafat (filosof) muslim yang pertama. Tetapi Al-Kindi sebenarnya bukan hanya seorang pemikir atau filosof, tetapi juga ilmuwan muslim yang menghasilkan karya dan penemuan-penemuan ilmiah awal dalam perkembangan ilmu di seluruh dunia. Dan khususnya, dalam tulisan ini dikemukakan salah satu jasanya dalam bidang ilmu, yaitu sebagai pendiri ilmu psikofisik.
Al-Kindi mempunyai nenek moyang yang berasal dari Yaman. Ia dilahirkan di Kufah tahun 796. Ayahnya adalah gubernur kota itu. Pada masa anak-anak dan mudanya, Al-Kindi banyak belajar tentang ilmu-ilmu agama Islam, dan ilmu pasti. Ia mengembara menuntut ilmu hingga sampai ke Basrah dan Baghdad. Sesuai pendidikan formalnya, Al-Kindi menempuh karir sebagai ilmuan dan cendekiawan pada masa tiga khalifah Abbasiyah; Al-Mukasim dan Al-Wathiq. Karirnya mulai menyurut pada masa khalifah Al-Mutawakkil, hingga ia wafat pada 866 M.
Karya-karya otentik Al-Kindi berjumlah 200 naskah, terdiri dari berbagai bidang; sejak dari masalah obat, hingga soal fisik atau jasmani manusia. Beberapa karyanya itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Yahudi. Karena itulah ia tidak hanya dikenal dalam Dunia Islam, tetapi juga di Eropa melalui nama latinnya, yaitu Alkindus, Roger Bacon (1214-1294) memuji Al-Kindi karena keahliannya dalam bidang optika. Albert the Great, Saint Thomas dan sejumlah ilmuan terkemuka Eropa lainnya, tak kurang pula mengutip pendapat dan penemuan Al-Kindi dalam berbagai bidang.
Psikofisik dalam arti luas bermakna, ilmu yang memberikan perhatian pada hubungan kuantitatif antara kejadian-kejadian psikologis dengan peristiwa-peristiwa jasmani. Atau lebih spesifik; menyelidiki hubungan-hubungan kuantitatif antara sensasi-sensasi fisik dengan stimulus yang menimbulkannya. Adalah secara umum dipercayai – bahkan sampai akhir-akhir ini – bahwa ilmu psikofisik dikembangkan oleh ilmuan Jerman; EH Weber (1795-1878) seorang agli anatomi dan fisiologis, dan TG Fechner (1801-1875) seorang ahli kejiwaan dan filosof.
Tetapi pada kenyataan, sepuluh abad sebelum mereka, Al-Kindi pertama kali mendirikan psikofisik dan menjadikannya sebagai suatu ilmu baru; atau lebih tepatnya sebagai cabang dari ilmu pengobatan. Ini diakui ilmuan Jerman lainnya L. Gauthier yang menyebut Al-Kindi sebagai pendiri ilmu psikofisik (lihat; L. Gauthier, Antecendants Greco-Arabes de la Psichophisique, Beirut 1938 halaman 7, 11, 22-28). Jauh sebelum Gauthier, Geronimo Cardano (wafat 1576), seorang ilmuan Latin terkenal, telah memuji Al-Kindi karena jasanya meletakkan dasar ilmu baru ini. lebih jauh, Cardano menyatakan Al-Kindi sebagai salah seorang dari 12 ilmuan yang mempunyai otak “paling halus” dalam sejarah dunia (lihat; Geronimo Cardano, De Subtilitae 264b, Paris, 1950).
Pemikiran Al-Kindi dalam bidang psiko-fisik ini demikian. Untuk menyembuhkan pasien, adalah perlu untuk tidak hanya menentukan kualitas bahan campuran obat, tetapi juga kemanjuran dan dosisnya. Atas alasan ini Al-Kindi memperbaharui suatu ilmu baru sebagai cabang ilmu posologi(cabang ilmu kedokteran yang berkenan dengan dosis penggunaan obat). Di sini ia menulis sebuah buku yang menjelaskan metode dan prinsip-prinsip- nya, yang sama dengan ilmu yang dikem- bangkan Fechner dan disebutnya sebagai psikofisik. Buku Al-Kindi itu berjudul Risalah fi Ma’rifati Quwwa al-Adawiyyah al= MurakkabaH (Risalah ini kemudian menjadi obyek pengujian dan penelitian pada berbagai KURUN waktu di Timur dan Barat.
Dari kalangan muslim, Abu al-‘Ala Zuhr, ayah tabib terkenal Ibn Zuhr dan Ibn Rusyd (Averroes) sangat tertarik dengan risalah Al-Kindi itu. Nama yang pertama inilah yang menulis penjelasan mengenai risalah Al-Kindi tersebut. Di lain pihak, dokter bangsa Latin terkenal, Leo Africanus merupakan orang pertama yang risalah Al-Kindi dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin dengan judul De Gradibus. Leo Africanus ternyata seorang yang licik. Ia tidak men- cantum nama Al-Kindi sebagai pengarang, dan sebaliknya menuliskan namanya sendiri sebagai penulisnya dalam penerbitan tahun 1515 di Lyon.
Terjemahan lengkap risalah Al-Kindi, dilakukan pengarang terkenal Gerard van Cremona (wafat 1187). Terjemahannya itu pertama kali diterbitkan di Strasbourg pada 1531 dan diterbitkan kembali sampai lima kali, kemudian diterbitkan di Lion dan Venesia antara tahun 1531 hingga 1602. Terjemahan ketiga dilakukan seorang perterjemah Latin abad ke-13, Arnaud de Villenauve (wafat 1311). Kemudi an hampir seabad lalu, Curt Lantzsch, sejarawan Jerman mengenai perobatan melakukan riset atas risalah Al-Kindi ber judul; Abu Yusuf Yakub Alkindi und seine Schrift De Medicianrum Compo sitarum Gradibus, ein Beitrag zu dem Kapitel Mathematik un Medizin in der Vergangenheit yang diterbitkan di Meissen tahun 1895. Sedangkan pada 1938 Gauthier menerbitkan di Meissen tahun 1895. Sedangkan pada 1938 Gauthier menerbit kan teks Arab risalah itu beserta terjemahannya dalam bahasa Prancis.
Dalam buku itu, Al-Kindi menentukan dosis obat mendapatkan gagasan baru un tuk mengukur kemujaraban obat dalam hubungan dengan keseluruhan kuantitas obat yang terdaftar. Di sini ia menerapkan prinsip-prinsip matematik ke dalam posology. Bagi Al-Kindi dengan menentu kan jumlah bahan-bahan campuran obat, dapat pula diukur efek yang ditimbulkan obat. Baginya adalah amat mungkin mem perinci jumlah obat minimal yang dibutuh kan. Dengan ini Al-Kindi menemukan, bahwa bahan-bahan obat minimal dapat dicatat guna menentukan tingkat ke mujaraban secara keseluruhan. Inilah prin sip pertama psikofisik moderen yang juga dikemukakan Weber-Fechner.
Membandingkan prinsip-prinsip ilmu baru dari Al-Kindi sebagaimana terpapar dalam Risalahnya dengan apa yang disebut Weber-Fechner sebagai psikofisik, maka karya Al-Kindi lebih bersifat umum, yang terutama memberikan perhatian pada hu bungan-hubungan kuantitatif antara semua jenis kejadian-kejadian psikologis dan semua macam peristiwa-pertistiwa jasmani. Kemudian, karya Weber-Fechner diberikan nilai-nilai matematik oleh Fechner. Hal mana juga dilakukan Al-Kindi. Adalah. menarik untuk meneliti lebih jauh pengaruh Al-Kindi terhadap kedua ilmuan Jerman itu. Bukan tidak mungkin gagasan gagasannya itu bersumber dari Al-Kindi melalui terjemahan Risalahnya yang ter sedia dalam berbagai bahasa Eropa.
Sumber: Panji Masyarakat No. 452, 11 Desember 1984