Dodi Nandika, Guru Besar IPB: Menjadikan Pendidikan sebagai Pilar Demokratisasi

Prof. Dr. Dodi Nandika, sumber : ipb.ac.id

Demokrasi dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam kehidupan politik bangsa ke depan. Kita tidak akan bisa menjalankan demokrasi yang sempurna tanpa dibekali modal pendidikan yang cukup dan baik. Pendidikan merupakan dasar bagi kehidupan politik bangsa, karena pendidikan dapat menjadi acuan kita dalam menjalankan sistem demokrasi.

Adalah John Dewey yang melihat hubungan yang sangat erat antara pendidikan dan demokrasi.  Filosof pendidikan asal  Amerika  ini menyatakan, apabila kita berbicara tentang demokrasi maka kita sebenarnya memasuki wilayah pendidikan. Sebab, pendidikan merupakan sarana bagi tumbuh dan berkembangnya sikap demokratis. Oleh karena itu, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis.

Pendidikan demokrasi, sebagai  upaya sadar untuk membentuk kemampuan warga negara berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa, sangat penting. Kemampuan partisipasi warga negara ini diperlukan agar demokrasi, dalam arti pemerintahan dari mereka yang diperintah, bisa berkembang secara optimal. Sebab, jika kita hanya mempercayakan kepada para pelaku dalam sistem politik menjadi kurang efektif. Apalagi sekarang  terdapat kecenderungan melemahnya moralitas publik baik di kalangan politisi maupun penyelenggara pemerintahan. Melemahnya moralitas publik ini antara lain ditandai dengan merebaknya “demokratisasi korupsi”.  Begitu pula dalam konteks desentralisasi dan otonomi daerah, ruh demokrasi itu ada pada partisipasi masyarakat dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Partisipasi dapat mendorong terwujudnya pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Tanpa partisipasi masyarakat,  desentralisasi dan otonomi akan mati dan hanya akan melahirkan dominasi elit lokal.

Pentingnya pendidikan demokrasi antara lain dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung di dalam demokrasi itu sendiri. Nilai-nilai itu dipercaya akan membawa kehidupan yang lebih baik dalam semangat egalitarian dibandingkan dengan ideologi nondemokrasi.

Subjek Kritis

Pendidikan merupakan pilar utama bagi perkembangan dan pembudayaan proses demokratisasi. Dalam hal ini demokratisasi dimaksudkan sebagai proses peningkatan peranan   masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai  toleransi, menghargai pendapat dan pemikiran orang lain, menghormati martabat setiap orang, egalitarian, bersikap terbuka terhadap gagasan dan informasi baru, peduli terhadap hak-hak orang-orang lain termasuk kelompok minoritas, serta musyawarah mufakat dalam setiap penyelesaian masalah. Adapun secara teoritis-akademis dapat dikatakan bahwa demokratisasi merupakan proses dilakukannya diversifikasi kekuasaan untuk meniadakan kesenjangan hak-hak sosial dan politik warga negara dan memperluas hak-hak mereka untuk bersuara dan berpendapat.      

Dikatakan,  demokrasi merupakan peningkatan peran politik rakyat, agar kesadaran elite terpelihara bahwa mereka berkuasa karena diberi kewenangan, dianggap mampu dan mau mengurus kepentingan rakyatnya. Jadi demokratisasi adalah proses perubahan dari struktur dan tatanan otoritarian   ke arah tatanan desentralisasi kekuasaan, karena besarnya partisipasi masyarakat.

Ilustrasi partisipasi masyarakat dalam demokrasi, Sumber: infopublik.id

Pendidikan sebagai sarana pengembangan demokrasi meniscayakan pembelajaran diarahkan kepada usaha sadar untuk menolong para siswa dengan menempatkan mereka sebagai subjek agar secara kritis dan penuh kesadaran menghadapi problem mereka, serta menjadikannya sebagai pelaku dalam pencarian, penemuan dan pengolahan informasi untuk diri mereka sendiri. Sementara pola pembelajaran yang sifatnya indoktrinatif dan menuntun menghalangi kebutuhan fundamental manusia, yakni tanggung jawab. Dan tanggung jawab tidak dapat diperoleh secara intelektual semata, melainkan melalui pengalaman nyata. Indoktrinasi dan penuntunan  tidak menawarkan tanggung jawab dan juga kesempatan untuk membawa keputusan, tapi ia hanya memberi isyarat dan sikap yang menyebabkan kepasifan. Yang diperlukan adalah bentuk pendidikan yang memungkinkan masyarakat mampu melakukan refleksi atas diri mereka sendiri, tanggung jawab mereka dalam iklim kehidupan budaya yang baru. Pendidikan semacam ini harus sungguh-sungguh memperhitungkan berbagai kekuatan dan memahami realitas. Hal ini penting dalam rangka perwujudan pendidikan yang demokratis dan humanis.

Pendidikan menjadi penting, bukan sekadar untuk melek huruf, melainkan membangun kesadaran, kecerdasan, dan kebudayaan baru yang demokratis. Tugas pendidikan adalah menciptakan iklim kebudayaan yang dibutuhkan bagi bangkitnya suatu masyarakat yang demokratis, suatu wujud kehidupan yang di atas segala-segalanya ditandai oleh komponen kuat dari kesadaran masyarakat secara kritis. Kesadaran seperti itu akan  mendorong bangkitnya partisipasi dalam mengkaji dan mengatasi problem-problem kehidupan berbangsa dan bernegara.

Promosi Pengalaman Berdemokrasi

Melalui pendidikan masyarakat diharapkan cerdas dan memiliki pengalaman-pengalaman pembangunan berdasarkan pengetahuan akan hak-hak publik. Karena itu pendidikan harus mendorong tumbuhnya kecerdasan masyarakat dan partisipasi dalam berbagai bentuk pembangunan sosial. Seperti dinyatakan oleh James A. Beane dan Michael W. Apple, pendidikan bisa menumbuhkan pemahaman bahwa demokrasi yang dikembangkan belum mencerminkan wujud demokrasi yang ideal, sehingga demokrasi terus dikembangkan dan bisa membimbing keseluruhan hidup manusia. Melalui pendidikan, cara-cara dan pengalaman-pengalaman berdemokrasi, baik di lingkungan rumah tangga maupun masyarakat, terus dipromosikan.

Melalui pendidikan yang demokratis  anak didik dapat dibantu untuk mengembangkan sikap demokratis yang berguna bagi hidup mereka di masyarakat. Jika semua generasi muda lewat pendidikan dibantu hidup dan bersikap demokratis, maka proses demokratisasi di Indonesia akan tumbuh cepat dengan akar tradisi yang kuat. Untuk itu berarti sistem pendidikan harus lebih demokratis. Artinya sistem  itu harus memiliki kemampuan transformasi yang memungkinkan bangkitnya partisipasi masyarakat, bukan sebaliknya  menyingkirkan rakyat dari pembicaraan pendidikan

Hanya melalui pendidikan yang mempermudah pergeseran masyarakat dari situasi keterbelakangan kepada  kesadaran tinggi, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan dirinya untuk melihat tantangan-tantangan zamannya. Untuk itu , memang perlu secara cepat melakukan perluasan pendidikan yang mendorong proses demokratisasi di masyarakat. Semakin luas pengaruh pendidikan di masyarakat, akan semakin besar pengaruhnya bagi tubuh dan berkembangnya kesadaran nasional yang memerlukan usaha-usaha pembaruan lembaga-lembaga sosial lainnya untuk melakukan pendekatan secara menyeluruh terhadap tanggung jawab bersama atas keputusan-keputusan politik.

Bagi bangsa Indonesia diperlukan model pendidikan yang mampu mendorong perubahan masyarakat ke arah perwujudan tradisi  baru, yakni kehidupan demokrasi. Tradisi ini menuntut berbagai penilaian kembali atas dasar pandangan intelektual yang menghasilkan rumusan-rumusan perencanaan strategis yang terukur dan dapat dilaksanakan oleh stakeholders pembangunan. Meskipun diakui secara umum  bangsa Indonesia tengah mengalami perubahan, yang dijalankan melalui pertimbangan  bersama, tetapi diharapkan partisipasi rakyatnya tidak semakin mundur, sekadar  tahu dan diam, tetapi semakin aktif dan kritis dalam memahami masalah-masalah pembangunan. Inilah pentingnya iklim demokratisasi perlu dikembangkan di lingkungan sekolah.

Pendidikan yang dituntut oleh situasi dan kondisi saat ini adalah pendidikan yang membuat masyarakat berani membicarakan masalah-masalah lingkungannya dan turun tangan dalam lingkungan tersebut; pendidikan yang mampu mengingatkan warga negara akan bahaya imoralitas dan memberikan kepercayaan dan kekuatan kepada upaya mengatasi bahaya itu, serta menyadarkan masyarakat bangsa akan supremasi hukum. Pendidikan yang dibutuhkan oleh zaman ini adalah pendidikan yang tidak membuat masyarakat pasrah terhadap keadaan kemiskinan dan bersikap frustrasi menghadapinya, melainkan pendidikan yang mampu mendorong gairah kehidupan untuk melakukan perubahan sebagai manusia yang ditakdirkan menjadi wakil Tuhan di muka bumi ini.