Wapres K.H. Ma’ruf Amin: Orang yang Tahu Malu Tak Akan Langgar Etika

Rasa malu dan etika merupakan sifat mendasar manusia yang dibutuhkan agar seseorang dapat menjauhi keburukan.

Hal itu dinyatakan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin saat menyampaikan pidato dalam acara perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek 2575 yang digelar oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Senin (12/2/2024).

“Seseorang yang memiliki rasa malu akan takut melakukan tindakan yang tidak sesuai norma, nilai, dan etika. Dengan demikian, dia tidak akan melakukan perbuatan yang menyakiti sesamanya,” ujarnya dalam forum tersebut yang disampaikan secara virtual.

Pada awalnya Wapres membuka pidato dengan membahas tema dari acara yang tengah berlangsung. Yakni ‘Malu bila Tidak Tahu Malu, Menjadikan Orang Tidak Menanggung Malu’. Ma’ruf menilai bahwa tema dalam perayaan Imlek tahun ini punya makna mendalam. Mengingat, malu merupakan nilai budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

“Saya kira tema ini sarat makna, baik dalam konteks refleksi hubungan antara individu dengan Tuhannya maupun antarsesama dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.

Wapres ke-13 RI itu menilai ajaran Islam juga menempatkan rasa malu sebagai faktor yang menjauhkan orang dari perbuatan tak terpuji dan mendorongnya berbuat kebaikan. Apalagi, Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini melanjutkan bahwa selama ini bangsa Indonesia pun telah menganut budaya malu sebagai nilai luhur yang telah tertanam turun-menurun di tengah masyarakat. Dia pun menyayangkan bahwa saat ini budaya malu justru luntur, seiring dengan makin kuatnya desakan zaman yang mengaburkan standar-standar etika dan moral masyarakat.

Oleh sebab itu, Ma’ruf berharap agar ke depan semua pemuka agama mesti membudayakan rasa malu di kalangan umatnya demi memelihara keteraturan, kerukunan, dan persatuan bangsa Indonesia.

“Ajaran, nasihat, dan edukasi kepada umat terus diperlukan, agar rasa malu dalam diri individu mampu berkembang menjadi sebuah tata nilai komunal yang mengukuhkan identitas bangsa,” kata Ma’ruf yang juga Mantan Rais Aam PBNU itu.