Mehmed II, penaklukan Konstastinopel dan Kedigjayaan Tiga Dinasti Muslim
29 Mei 1453, saat memasuki Konstantinopel, Mehmed II (Muhammad II) kecewa melihat kondisi kota itu.
Tak seperti dibayangkan Al-Fatih (gelar yang disandang Mehmed II setelah penaklukan), ibukota Bizantium tersebut tidak segemerlap yang ia bayangkan.
Rupanya Perang Salib IV, yang terjadi hampir dua setengah abad sebelumnya, merusak Konstatinopel begitu dalam. Saking rusaknya kota itu gagal bangkit seperti sedia kala.
Perang Salib IV ada adalah salah satu dari rangkaian perang ‘suci’ paling janggal.
Alih-alih menyerang dan berusaha merebut Yerussalem kembali, kaum Frank (demikian kaum Muslimin menjuluki tentara Salib masa itu) malah menyerang Bizantium yang juga Kristen meski beda sekte.
Apa pasal?
Bala tentara Salib curiga Bizantium main mata dengan keturunan Salahudin atau minimal tidak bersungguh-sungguh membantu mereka.
Alasan terakhir yang lebih tepat, Bizantium tak ingin menganggu tetangga mereka Turki Ustmani dan Dinasti Ayyubiyah yang makin perkasa selain sangatlah berat memikul beban makan dan logistik rekan-rekan Kristen mereka yang berasal dari Eropa bagian Barat tersebut. Berkali-kali mereka terpaksa melakukannya.
Tentara Frank yang Katolik menyerbu dan memporak-porandakan Bizantium yang Ortodox. Mereka mendudukkan pelacur di singgasana Alexius III saat sedang berpesta pora di istana sebab penjarahan, pembunuhan dan pemerkosaan tidaklah cukup.
Kembali ke Konstantinopel pasca penaklukan oleh Ustmani, meski kecewa Mehmed II tetap menganggap Konstantinopel sebagai kota yang penting. Letaknya lebih strategis dari Edirme, ibukota Ustmani sebelumnya, yang jauh dari laut.
Dan sebagaimana pemimpin muslim lainnya, semua warga negera yang baru saja ia taklukkan diberi pengampuanan dan kebebasan untuk tetap memeluk agama asal mereka. Gabungan kemurahan hati dan potensi keuntungan memungut jizyah (pajak khusus untuk kaum non muslim yang berada di bawah perlindungan penguasa muslim)
Tak usahlah dibandingkan dengan penaklukan Yerussalem oleh tentara Frank 354 tahun sebelumnya atau kekejian setara yang dipertontonkan Raja Ferdinand & Ratu Isabella setelah merebut Granada, Spanyol 39 tahun pasca penaklukan Konstatinopel.
Mehmed II memilih meniru Salahudin Al-Ayubi.
Meski salah satu motivasi penaklukan Bizantium adalah demi mewujudkan prediksi Rasullah SAW, raja berusia 21 tahun itu tidaklah anti Barat. Ia mengundang pelukis asal Venesia, Gentile Bellini (sebagai info tokoh satu ini yang memasukkan tulisan Arab Kufi dan karpet untuk sholat dalam lukisannya yang memuat figur Bunda Maria).
Ya Mehmet II adalah tokoh muslim yang pertama kali yang mau dilukis dengan corak realis.
Berbeda dengan kaum muslimin sebelumnya yang tidak mau melukis dan dilukis dengan teknik 3D dengan alasan adalah haram meniru ciptaan Allah.
Meski total menguasai Bizantium, ia tidak bertindah seenak udel. Raja ke tujuh Turki Ustmani itu tidak merampas Hagia Sophia, katedrak utama kaum Kristen Ortodox. Ia malah membelinya dari para pembesar gereja dan mengubah bangunan itu menjadi tempat mulia lainnya; masjid. Lukisan-lukisan yang menggambarkan kisah-kisah Kristiani malah tidak ia hapus semua. Hanya diplester.
Sebab kalau mau, Ustmani yang mewarisi ilmu dan pengetahuan dari dinasti-dinasti muslim sebelumnya, tidaklah sulit untuk menghancurkan semua dan mengganti total dengan arsitektur yang ia kehendaki.
Karena itu barulah awal.
Kelak, sebagaimana kita ketahui, Ustmani bersama tetangganya Safawi (Iran dan sebagian Irak sekarang) dan tetangga Safawi, Mughal (sebagian besar India dan Pakistan sekarang), menjelma menjadi 3 negara superpower dari segi ekonomi maupun militer. Kurang lebih tiga abad. Tak tertembus. Sehingga Spanyol dan Portugis terpaksa menghindari mereka dan mencari jalan baru menuju negeri-negeri Asia yang kaya emas dan rempah. Bartholomeus Diaz, pelaut Portugis, menemukan jalan ke Asia melawati Tanjung Harapan (masuk wilayah Afrika Selatan sekarang) dan Kolombus beserta kawan-kawan menemukan benua Amerika.
Sejarawan Barat menjuluki tiga dinasti itu (Ustmani, Safawi dan Mughal) sebagai The Gunpowder Empires dan kata ‘mogul’ yang berasal dari kata ‘Mughal’ masuk dalam kamus bahasa Inggris dengan makna ‘orang yang berkuasa, berpengaruh dan beruang’.
Pengurus Bidang Media, Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer. Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Pondok Pabelan (IKPP) Jabodetabek