Wali Songo (1): Melacak Asal-usul Sunan Ampel, Sesepuh Wali Tanah Jawa


Syahdan, Sayid Abdul Malik memboyong keluarganya dari Tarim, Yaman, pindah ke India. Abdul Malik yang masih keturunan Rasulullah ini kemudian menikah dengan seorang putri India dan dikaruniai beberapa orang anak. Salah seorang di antaranya adalah Al-Amir Abdullah Khamuddin atau Maulana Abdullah. Abdullah Khamudin mempunyai beberapa anak di antaranya Al-Amir Ahmad Syah Jalaluddin alias Zainal Abdin Al-Kabir, yang juga punya beberapa anak. Seorang di antaranya Iman Jamaluddin Al-Husein atawa Jamaluddin Al-Kabir.


Jamaluddin Al-Kabir pergi meninggalkan India menuju Campa (Kamboja) dan seterusnya menetap di sana, mengajarakan Islam kepada penduduk setempat. Jamaluddin Al-Kabir yang kemudian juga disebut Sayid Husein mempunyai beberapa anak, di antaranya Ali Nurul Alim yang menetap di Mesir, Barkat Zainal Alim, dan Ibrahim Zainuddin Al-Akbar. Barkat Zainal Alim punya beberapa putra, dua di antaranaya Maulana Malik Ibahim (penyebar Islam di Tanah Jawa) dan Ahmad Syah Zainul Alim.


Adapun putra Jamaluddin Al-Kabir yang ketiga, yaitu Ibrahim Zainuddin Al-Akbar yang menetap di Kamboja. Ia menikah dengan seorang putri Raja Campa bernama Dewi Candrawulan. Adik Candrawulan yaitu Dewi Darawati tinggal di Pulau Jawa, menjadi itri Raja Majapahit Brawijaya V alias Prabu Kertabumi. Dari perkawinannya dengan Dewi Candrawulan, Zainuddin Al-Akbar punya beberapa anak, dua di antaranya Ali Al-Mustada alias Tubagus Alimin, dan Ali Rahmatullah alias Tubagus Rahmat alias Raden Rahmat.


Setelah belajar agama Islam kepada ayahnya, Raden Rahmat mengembara ke Tanah Jawa, dalam usianya yang masih muda. Dalam perjalanannya, ia sempat singgah di Palembang, Sumatera, dan menetap selama enam bulan, dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Sampai Bupati Palembang, Arya Damar, meeluk Islam dengan gelar Arya Dillah. Arya Damar adalah adipati Majapahit untuk Palembang, yang waktu itu menjadi bagian wilayah kerajaan Hindu itu. Arya Dillah sendiri punya seorang istri putri Cina bernama Siu Ban Ci, janda Prabu Brawajijaya V, yang sudah punya anak bernama Jin Bun yang kelak menjadi Raja Demak bernama Raden Patah itu.


Dari Palembang, Raden Rahmat menerukan pelayarannya ke Jawa. Sempat singgah beberapa lama di Banten, dan setelah itu meneruskan perjalanannya ke Jawa Timur, menemui tante-nya di Kerajaan Majapahit, Ratu Darawati, istri Prabu Brawijaya V. Sang Prabu memberinya sebidang tanah di Ampel Denta, atas usul Ratu Darawati, dan di sana pula Raden Rahmat menetap – dan menpat julukan Sunan Ampel.


Raden Rahmat alias Sunan Ampel menikah dengan Ratnawati alias Nyai Ageng Manila, putri Bupati Tuban Arya Teja. Mereka punya beberapa anak, di antaranya Maulana Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang, Maulana Syarifuddin atau Sunan Drajat; Nyai Ageng Maloka atau Nyai Ageg Tendes. Dan seoang putri yang kelak diperistri oleh Raden Sahid alias Sunan Kalijaga.


Bersambung


Sumber: Ayatrohaedi dkk., Pustaka Paratwan i Bhumi Jawadwipa (1989)