Mengenal Pemikiran dan Tapak Perjuangan Kiai Ali Yafie

A. Suryana Sudrajat, B. Wowoho dan Hilmy Ali Yafie

Pada Ahad 25 Juni 2023, Panji Masyarakat meluncurkan dua buku di Muamalat Tower, Jakarta. Yaitu K.H. Ali Yafie Membumikan Pesan Langit, yang ditulis oleh para sahabat, murid dan keluarga, dan Bertasawuf, Mengolah Karsa Rasa dan Cipta, karya B. Wiwoho. Kedua buku ini diterbitkan dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya Kiai Ali Yafie.


Dalam acara itu hadir sejumlah tokoh antara lain Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri Presiden ke-4 RI, Prof. Jimly Ashiddiqie, anggota DPD RI dan mantan ketua MK, Dr. Buya H. Anwar Abbas, wakil ketua umum MUI dan ketua PP Muhammadiyah, Dr. Dipo Alam, mantan Sekretaris Kabinet pada pemerintahan SBY, Adiwarman Karim, pakar keuangan syariah, Marzuki Usman, mantan Menteri Pariwisata dan Menteri Kehutanan, Ulil Abshar Abdalla, intelektual dan ketua Lakpesdam NU. Ikut memberi sambutan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, yang disampaikan melalui video pendek.


Penulis sendiri hadir sebagai anggota panitia (editor kedua buku yang diluncurkan), bersama Tim Pengarah: Hariman Siregar, B. Wiwoho, Syakib Bafagih, dan Hilmy A. Yafie; Tim Pelaksana: Tamam Ali Yafie dan Eko Satiya Hushada.

Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan sejumlah tokoh pada Peluncuran Buku Mengenang KH Ali Yafie


Membumikan Pesan Langit


Buku pertama ingin mengungkap apa dan bagaimana Kiai Ali Yafie menangkap pesan-pesan keagamaan dari sumber-sumber utamanya yaitu Qur’an dan Hadis dan mengkomunikasikannya kepada kita kaum muslimin..


Kiai Ali Yafie memang dikenal ulama yang mampu mengupas ayat- ayat Al-Qur’an dan menyusun pesan-pesan keagamaan yang mudah dimengerti masyarakat banyak. Tidak syak lagi, untuk menjadi berkualitas demikian, seseorang bukan saja harus menguasai pengetahuan keagamaan yang mendalam. Tetapi juga harus dibekali dengan pengetahuan umum yang lebih dari sekadar cukup.


Pesan-pesan langit yang dibumikan oleh Kiai Yafie itu kemudian dieksplorasi secara luas dan mendalam dalam kajian fikih sosialnya. Namun, untuk menunjang gagasan fikih sosial secara komprehensif, Ali Yafie tidak hanya berhenti pada pendekatan deduktif (istidlaliyah), termasuk dalam memahami dan mengkaji ajaran Islam seperti teologi dan tasawuf. Dia juga menggunakan pendekatan induktif (istiqraiyah) dalam merespons berbagai permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, ia juga membaca dan mengkaji berbagai fenomena sosial, yang kemudian ia refleksikan kembali dengan menggunakan perspektif nilai-nilai dari langit. Dengan lain perkataan, Kiai Ali Yafie, bukan hanya membumikan pesan dari langit. Tapi juga melangitkan pola kehidupan di bumi di bumi. Itulah mungkin yang disebut sebagai keahlian mensinergikan antara ilmu agama dan ilmu umum.


Salah satu pesan langit yang kerap dikemukakan oleh Kiai Ali Yafie, dan boleh dikatakan merupakan titik tolak dalam melihat realitas kehidupan sehari-hari adalah tentang kedudukan manusia. Dia meyakini bahwa manusia yang punya kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lainnya sebagai khalifah. Yakni wakil atau duta Tuhan di bumi, sebagai pengemban amanah untuk mengelola bumi. Jadi, seharusnya manusia memposisikan dirinya di tengah-tengah alam sebagai makhluk yang terhormat dan bermartabat. Dan dengan statusnya sebagai khalifah itu, manusia memikul tugas mewujudkan keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan atau salam. Baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakatnya.


Buku ini terdiri dari empat bagian. Pertama, berisi tulisan-tulisan mengenai figur K.H. Ali Yafie sebagai ulama, mulai dari kepribadian, pandangan dan pola hidupnya, sampai aktivitas dakwahnya, baik melalui lisan maupun tulisan, serta perilaku hidupnya.


Kedua, menyajikan tulisan mengenai kiprah Kiai Ali Yafie sebagai aktivis politik dan kemasyarakatan. Sebagai politisi Kiai Ali Yafie pernah berkiprah di DPR-RI sejak tahun 1971 sampai 1987, mewakili Partai NU dan kemudian Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pada periode ini Ali Yafie terlibat dalam berbagai isu sensitif seperti RUU Perkawinan, asas tunggal, P4 dan lain-lain. Juga kegiatan politiknya selepas meninggalkan arena politik praktis, baik pada masa menjelang Orde Baru runtuh maupun pada masa pasca-Reformasi.


Ketiga, memuat bunga rampai kenang-kenangan dari para murid, sahabat, yang pernah berinteraksi secara langsung dengan Puang Ali Yafie. Keempat, menghadirkan tulisan yang seluruhnya berasal dari putra-putra dan cucu-cucu Puang Ali Yafie.


Selain itu, buku ini mendapat sambutan dan kata pengantar, yaitu dari dr. Hariman Siregar, Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin, dan Prof. Jimly Asshiddiqie. Benang merah yang menghubungkan ketiga prakata atau sekapur sirih ini adalah bahwa Kiai Ali Yafie adalah ulama yang dalam pengetahuannya serta tinggi akhlaknya, serta patut diteladani.


Adapun buku kedua (Bertasawuf), secara umum menjelaskan bagaimana bertasawuf di tengah keramaian kehidupan sehari-hari. Yakni menjalankan tugas suci, membumikan amanah langit, sehingga tercipta kehidupan yang damai dan sejahtera. Buku ini juga menyajikan garis besar pemikiran Kiai Ali Yafie tentang keberadaan manusia sebagai khalifah Allah di bumi.


Substansi buku ini merupakan perpaduan antara pengalaman batin penulisnya (B. Wiwoho) dan hasil olahan dari buku-buku tasawuf yang dibacanya. Khususnya kar-karya Imam Ghazali. Di antaranya Ihya Ulumuddin, dan Minhajul Abidin, yang ringkasannya disajikan dalam buku ini.


Selamat membaca. Buku bisa di pesan melalui 0831-5005-1375 (WA)