Muhammadiyah Kumandangkan Jihad Ekonomi

Jihad ekonomi harus dilakukan secara masif, terstruktur, dan sistematik. Hal itu ditegaskan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. saat membuka Kajian Ramadan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 25 Maret 2023 lalu. Dalam agenda itu pula berlangsung peneguhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan peluncuran belasan buku karya penulis-penulis Muhammadiyah. Termasuk mereka yang berasal dari daerah-daerah.

Dalam kajian itu pula, UMM menghadirkan pembicara andal yang sesuai dengan tema yakni ‘Membangkitkan Jihad Ekonomi’. Ada Ketua Umum Kadin dan Ketua Asean Business Advisory Council (BAC) Mohammad Arsjad Rasjid PM, Founder Lembaga Ekonomi Umat Sutrisno Lukito, Ekonom dan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Dr. Arief Budimanta S, M.Si. serta sederet tokoh lainnya.

Lebih lanjut, Haedar mengapresiasi PWM Jatim dan UMM yang telah memelopori kajian dalam aspek jihad ekonomi. Jihad aspek ini memang menjadi salah satu putusan dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar pada 2015 dan terus dikembangkan. Misalnya saja dengan melangsungkan forum dan embrio pada gerakan saudagar Muhammadiyah dan revitalisasi amal usaha ekonomi yang sudah dirintis di daerah-daerah. Kemudian dibuat networking dan bisa terintegrasi.

“UMM menjadi amal usaha yang sangat kuat praktIk ekonominya. Terutama dalam hal unit bisnis yang saat ini menjadi yang terdepan,” kata Haedar.

Adapun untuk bisa menjalankan jihad ekonomi yang baik, menurut Haedar, perlu adanya reorientasi pada beberapa hal. Pertama, pada aspek teologis yang mendorong masyarakat muslim untuk juga memberikan perhatiannya pada dunia. Dengan begitu, umat muslim bisa memiliki ekonomi yang baik dan bisa memberikan sebagiannya kepada yang berhak melalui zakat maupun infaq dan sedekah.

Kedua, reorientasi strategi gerakan. Kemudian juga akselerasi praksis di mana modal yang sudah dibangun, seperti UMKM atau usaha, mulai dinaikkan kelasnya. Termasuk unit bisnis di amal usaha yang harus lebih dikapitalisasi. Dengan tiga hal itu, diharapkan jihad ekonomi Muhammadiyah bisa bangkit dan berlangsung dengan baik.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP. menilai tema yang diusung cukup menyengat dan bisa menjadi tantangan yang bagus. Apalagi sudah ada sederet tokoh yang berkompeten pada aspek ekonomi.

“Muhammadiyah sudah leading di aspek pendidikan dan kesehatan. Salah satu buktinya yakni saat menghadapi pandemi Covid-19 lalu. bagaimana Muhammadiyah sangat menonjol dalam kontribusi mengatasinya,” kata Muhadjir.

Begitu pula dengan antisipasi kebencanaan, di mana Muhammadiyah juga memberikan kontribusi besar. Tidak hanya di level nasional, tapi juga internasional. Misalnya dengan mengirimkan relawan ke bencana gempa di Turki beberapa waktu lalu. Bahkan juga membangun rumah sakit darurat di sana. “Maka Muhammadiyah juga perlu mengembangkan aspek ekonomi melalui jihad ekonomi,” ujarnya.

Hal tak jauh berbeda juga disampaikan Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. Kajian Ramadan tersebut memang menjadi acara yang dihelat rutin setiap tahun oleh PWM Jatim. Meski rutin, kajian ini tidak boleh terjebak pada mindset rutinitas. Harus ada ide dan hal yang dihasilkan dan memberikan dampak positif.

Fauzan menilai, bonus demografi dan Indonesia emas 2045 sudah siap menyambut. Maka pertanyaannya adalah seberapa siap Muhammadiyah dalam memanfaatkan hal itu. Pun dengan bagaimana kontribusi yang akan diberikan oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan Indonesia 2045. “Gedung Dome ini menjadi saksi bahwa Muhammadiyah akan melakukan jihad ekonomi dan berkontribusi bagi bangsa,” kata Fauzan.