Tje Mamat Pemimpin Komunis dari Anyer
Sekretaris PKI Cabang Anyer,ini pada tahun 1926 terlibat dalam Pemberontakan Komunis Banten. Dia berhasil melarikan diri ke Malaya dan diterima menjadi anggota Partai Republik Indonesia yang didirikan Tan Malaka. Ketika kembali ke Banten pada aman Revolusi, ia pun berhadapan dengan Kiai Achmad Chatib dan Kol. KH Syam’un.
Pada 2 September 1945, pemerintah RI mengangkat K.H Achmad Chatib sebagai Residen Banten. Surat pengangkatannya dibawa oleh menantunya sendiri ke rumahnya di Labuan. Ketika berangkat ke Serang, K.H Achmad Chatib singgah di Ciomas dan mengajak beberapa orang jawara untuk menjadi regu pengawal. Pengangkatan Kiai Achmad Chatib sebagai pemimpin formal Banten, lebih dari sekadar kewajaran tapi merupakan keharusan, sebab pada waktu itu dia memang merupakan tokoh yang paling terkemuka dan dihormati di Banten.
K.H. Tb. Achmad Chatib lahir di Kampung Gayam, Pandeglang, pada tahun 1895. Ayahnya adalah K.H Tb Muhammad Waseh, seorang ulama terkenal di Pandeglang. Ia menikah dengan Ratu Hasanah, putri K.H Asnawi , seorang ulama terkenal di Caringin. Tahun 1917 ia menjadi Sarekat Islam dan setelah terjadi pemberontakan komunis tahun 1926 ia dibuang ke Bowen Digul dan baru dibebaskan tahun 1942.
Pemerintahan Residen Achmad Chatib, yang didukung oleh Badan Keamanan Rakyat BKR (kemudian Tentara Keamanan Rakyat atau TKR) dan kekuatan-kekuatan keamanan lainnya, mendapat saingan dari “Dewan Rakyat” bentukan dan pimpinan Tje Mamat. “Dewan Rakyat” ingin berkuasa untuk dapat melaksanakan pemerintahan ala komunis Rusia. Untuk mencapai maksud itu mereka memobilisasikan kaum komunis setempat dan kaum jawara. Kesempatan itu tiba ketika AchmadChatib mengankat ulama dan pejabat lama dalam pemerintahannya. Dengan memobilisasi kaum jawara dan dengan menggunakan cara-cara kekerasan, Dewan Rakyat berhasil mengambil kekuasaan pemerintah daerah dari tangan Residen Banten. Achmad Chatib memang masih resmi menduduki jabatannya, tetapi itu hanya simbolik saja karena yang berkuasa sesungguhnya adalah Ketua Dewan Rakyat Tje Mamat.
Cara-cara pemerintahan yang dilaksanakan oleh “Dewan Rakyat”, yang tidak segan-segan menggunakan cara-cara kekerasan, rupanya sangat menggelisahkan rakyat, dan sangat bertentangan dengan umumnya kepribadian rakyat Banten yang religius. Achmad Chatib pun memerintahkan Panglima Divisi 1000 Kolonel K.H. Sjam’un untuk menumpas Tje Mamat dan gerombolannya. Akhirnya “Dewan Rakyat” berhasil dilumpuhkan dalam waktu singkat, dan kekuasaan di Banten pun kembali ke tangan Residen K.H. Achmad Chatib. Tje Mamat yang melarikan diri ke Bogor berhasil ditangkap dan diserahkan kepada Komandemen Jawa Barat di Purwakarta dan selanjutnya dibawa ke Yogyakarta.
Tje Mamat atau Mohamad Mansur lahir di Anyer. Sekretaris PKI Cabang Anyer,ini pada tahun 1926 terlibat dalam Pemberontakan Komunis Banten. Dia berhasil melarikan diri ke Malaya dan diterima menjadi anggota Partai Republik Indonesia yang didirikan Tan Malaka. Pada tahun 1930 dia lari ke Palembang dan mendirikan studi klub. Dua tahun kemudian dia kembali lagi ke kampung halamannya dan menjadi pokrol bambu. Pada zaman pendudukan Jepang ia terlibat dalam gerakan bawah tanah melawan Jepang, tetapi gerakannya kemudian tercium sehingga dia dijebloskan ke dalam penjara Kempetei di Tanah Abang, Jakarta. Dia baru dibebaskan beberapa hari setelah Indonesia merdeka. Pada masa kemerdekaan dia menjadi Ketua KNID Serang.