Idul Fitri dan Gaya Hidup Secukupnya

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan momen Idul fitri, mudik, dan syawalan adalah momentum untuk menguatkan gaya hidup yang secukupnya alias hidup dengan sederhana.
“Saya yakin Indonesia itu termasuk bangsa yang kategorinya hidup agak berlebihan, dan dari situlah kemudian muncul korupsi, penyalahgunaan wewenang-kekuasaan, dan sebagainya. Karena hidup tidak secukupnya,” kata Haedar dalam Silaturahmi PP Muhammadiyah dengan Rekan Media bertempat di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta pada Selasa (25/3).
Haedar mengajak agar bisa sepaham untuk hidup secukupnya sehingga pada saat yang sama, menjadi energi penting dalam mencegah perilaku elit baik elit ekonomi, elit politik, elit agama.
Ia menilai, muncul kecenderungan untuk berkompetisi mencari kekuasaan dan kekayaan dengan gairah yang tak ada batasnya.
“Muncul semangat untuk berlomba-lomba mencari sebanyak-banyaknya kekayaan dan kekuasaan. Kekayaan tak pernah kenyang ketika harta dan rizki Tuhan itu dilimpahkan kepadanya. Kekuasaan juga sama, sudah di kasih masa jabatan itu seharusnya tiap orang dengan senang hati turun dari takhta itu dengan senyuman dan menatap masa depan. Saya pikir indah itu. Dan tidak lagi tergoda tangan kanan-kiri dan kakinya untuk masih terus hidup (eksis). Bahkan masih ingin popular,” tuturnya.
Menurutnya, seseorang yang mengejar popularitas, kekayaan dan kekuasaan berlebih, maka suatu saat juga akan hidup menyendiri kesepian. Jadi, jalani hidup secukupnya dan sewajarnya.
Dalam momen menjelang idulfitri, Haedar menganjurkan untuk mengisi ulang ruhani kita agar merasakan nikmatnya menjadi orang biasa, orang yang cukup.
“Jadikan syawalan, idul Fitri, pulang kampung itu area untuk me-charge ruhani setiap anak bangsa atau mereka yang punya posisi-posisi penting untuk menjadi orang biasa. dan betapa nikmatnya menjadi orang biasa dan betapa tidak nikmatnya menjadi orang yang luar biasa. Karena apa-apa menjadi serba kemudian sophisticated (canggih) bahkan ketika itu harus melampaui takaran transfer nafsu dengan apa yang kita miliki,” ujarnya.