Terkenang Kartini di Hari Fitri

Di Indonesia, April identik dengan Hari Kartini. Di bulan ini, berbagai tema tentang keberanian, kegigihan dan kecerdasan perempuan menjadi bahan pembicaraan, yang ending-nya untuk mengingat perjuangan Raden Ajeng Kartini di masa lalu.
Setiap 21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini, untuk mengenang hari kelahiran RA Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April 1879 di Jepara. Tahun ini, peringatan Hari Kartini ke-144 bertepatan dengan umat Islam merayakan Idul Fitri 1444 H, setelah sebulan menjalankan ibadah puasa Ramadan. (Tepatnya sebagian umat Islam, karena sebagian lainnya baru berlebaran pada 22 April, red)
Narasi tentang Kartini sangat erat kaitannya dengan perjuangan emansipasi. Hal ini dapat dibaca melalui surat-suratnya kepada teman-temannya di Belanda yang menyampaikan ide-ide tentang kebebasan, kesetaraan, anti feodalisme, kemajuan dan keadilan. Tak heran jika Kartini kemudian menjadi ikon emansipasi yang pemikirannya dianggap sudah melampaui zamannya.
Namun sosok Kartini seolah jauh dari narasi sejarah sebagai seorang santri. Pandangannya tentang Islam yang dianutnya, tidak banyak diangkat dalam sejarah perkembangan Indonesia. Padahal sejarah mencatat bahwa Kartini adalah salah satu santri Kyai Sholeh Darat di Jepara yang cukup cerdas dan kritis dalam memahami persoalan agama dan perkembangan budaya.
Meski tidak menolak anggapan bahwa agama Islam yang dianutnya adalah agama yang diturunkan dari orang tuanya, ia tegas mengatakan bahwa dirinya seorang muslimah yang baik.
Dalam suratnya kepada Nyonya Van Kol, tertanggal 21 Juli 1902, Kartini menulis bahwa ia akan menjadi pendakwah Islam agar orang lain tidak salah memahami Islam.
“Saya bertekad dan berusaha untuk memperbaiki citra Islam yang selama ini menjadi sasaran fitnah. Semoga kita diberkahi untuk bisa berkarya agar agama lain melihat Islam sebagai agama pilihan.”
Pandangan Kartini tentang Islam dan Barat (Eropa) berubah setelah dia mengaji kepada Kyai Sholeh Darat. Kyai Sholeh telah membawa Kartini muda dalam perjalanan transformasi spiritual.
Sesuai dengan suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 27 Oktober 1902, ia menyatakan bahwa ia tidak lagi benar-benar percaya bahwa orang Barat adalah segalanya.
“Sudah lewat waktunya, awalnya kami berpikir bahwa masyarakat Eropa benar-benar yang terbaik, tidak ada bandingannya. Maafkan kami. Apakah menurut Anda masyarakat Eropa itu sempurna? Bisakah Anda menyangkal bahwa di balik keindahan di masyarakat Anda ada banyak hal yang sama sekali tidak pantas disebut peradaban?”
Ya, memang ada yang berubah pada diri Kartini. Setelah beberapa kali mengikuti ceramah kepada Kyai Sholeh Darat, mata dan hatinya terbuka bahwa orang pribumi juga memiliki kemampuan yang tidak kalah hebatnya dengan orang Barat.
Kartini sangat terpesona dengan Kyai Sholeh Darat, apalagi saat sang Kyai menjelaskan arti dan maksud surat Al-Fatihah. Selama ini ia hanya membaca dan menghafal Al-Qur’an, namun tidak mengetahui arti dan maknanya. Setelah dijelaskan oleh Kyai Sholeh Darat, ia tercengang karena ternyata betapa hebatnya kandungan ajaran Islam. Karena itu ia membayangkan betapa hebatnya masyarakat pribumi jika bisa memahami Islam secara luas seperti yang dipaparkan dalam kajian Kyai Sholeh Darat.
“Kami tidak pernah ingin membuat siswa kami setengah Eropa, atau Jawa kebarat-baratan,” tulis Kartini.
Momen Idul Fitri
Sekilas, Idul Fitri dan Kartini sepertinya tidak ada hubungannya satu sama lain. Namun bagi Indonesia, keduanya memiliki peran yang penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Idul Fitri bagi umat Islam adalah perayaan kemenangan setelah menyelesaikan puasa sebulan. Sebagai bulan suci, Ramadhan adalah bulan pendidikan (syahrut tarbiyah) bagi umat Islam Indonesia.
Dengan demikian, semangat Idul Fitri di Hari Kartini adalah untuk membebaskan bangsa Indonesia dari kebodohan, kemiskinan dan kejumudan.
Mengutip pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, bahwa lebaran Idul Fitri kali ini merupakan kado istimewa bagi perempuan Indonesia. Dengan semangat Idul Fitri, perempuan Indonesia bisa lebih berdaya dan mandiri.
Hal ini sejalan dengan pesan Idul Fitri itu sendiri yang artinya membebaskan diri dari godaan hawa nafsu selama bulan puasa Ramadan.
Idul Fitri adalah perayaan besar yang merupakan momen kemenangan bagi seluruh umat Islam. Momen kemenangan ini diraih setelah umat Islam menjalankan puasa sebulan penuh dengan berjuang menahan hawa nafsu dan kembali fitrah. Kembali fitri berarti kembali ke asal kejadian yang penuh kesucian dan kehormatan.
Manusia dilahirkan tanpa beban kesalahan apapun. Setiap manusia dilahirkan suci tanpa cela dan dosa. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda dalam sebuah hadits, “Setiap kelahiran adalah fitrah, orangtualah yang menjadikan (anaknya) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Selain itu, Idul Fitri juga menjadi momen bagi umat Islam untuk saling memaafkan. Karena Idul Fitri adalah kembali ke kondisi fitrah, yaitu kondisi awal penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 30 Allah berfirman yang artinya: “Maka tunjukkanlah wajahmu kepada agama Allah; (tetap pada) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada sifat Allah. (Yaitu) agama yang lurus; tetapi kebanyakan orang tidak mengetahuinya.”
Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang dirayakan dengan suka cita setelah menjalani pembersihan diri berupa puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan.
Bagi seluruh umat Islam, Idul Fitri dimaknai sebagai kegiatan mengembalikan kebersihan diri dan jiwa. Kebersihan diri dan jiwa kemudian diakhiri dengan pembersihan harta melalui zakat maal dan zakat fitrah.
Lebaran kali ini juga terasa istimewa, seolah melanjutkan hadiah khusus bagi bangsa Indonesia.
Kita masih ingat bahwa umat Islam di Indonesia mengawali Ramadan 1444 H bersamaan dengan berakhirnya Hari Raya Nyepi umat Hindu di Indonesia. Dan kita bersyukur bahwa semua dapat berlangsung dengan tertib dan khidmat.
Inspirasi Kartini
Kartini adalah sosok yang sangat inspiratif bagi semua wanita, terutama dalam memperjuangkan kesetaraan dan kesamaan peran dengan pria.
Kartini adalah seorang wanita Indonesia yang memiliki pemikiran yang moderat. Ia adalah pahlawan perempuan Indonesia yang menghabiskan sebagian besar hidupnya memperjuangkan persamaan hak bagi perempuan pribumi yang pada saat itu sangat terbatas terutama di bidang pendidikan. Hal itu terbukti ketika pada tahun 1912 Kartini mendirikan sebuah sekolah bernama Sekolah Kartini di Semarang.
Nama Kartini juga sangat terkenal di Belanda. Namanya diabadikan dalam sejumlah nama jalan di beberapa kawasan, yakni di Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Haarlem.
Kartini telah menyalakan obor peradaban baru pada masanya yang membuat wanita Indonesia lebih beradab dan lebih maju.
Perjuangan Kartini melawan diskriminasi mendorong perempuan modern saat ini untuk berani melawan stereotype perempuan, bahwa pada akhirnya mereka hanya menjadi ibu rumah tangga. Semua perempuan tidak perlu ragu, karena sejatinya mereka memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mengejar impian dan cita-citanya untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Hidup di masa ketika status sosial perempuan masih dianggap rendah dan hak kebebasannya sangat terbatas, pemikirannya untuk memperjuangkan emansipasi perempuan membuat RA Kartini dianggap sebagai peletak dasar kebangkitan perempuan Indonesia, baik di bidang pendidikan, sosial, maupun hukum. . Dia adalah pelopor emansipasi wanita Indonesia
Bisa dikatakan Kartini merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memiliki keistimewaan menjadi pahlawan wanita pribumi.
Idul Fitri merupakan momentum yang menjadikan umat manusia lebih baik dan bersih, dari segala keinginan, baik materi maupun non materi. Sehingga momentum hari Kartini yang bertepatan dengan Idul Fitri dapat menjadikan bangsa Indonesia lebih maju, lebih beradab dan lebih sejahtera.
Selamat Hari Raya Idul Fitri. Kita tunggu Kartini-Kartini baru yang bisa menjadikan Indonesia lebih maju dan membanggakan.
Mengutip lirik lagu Ibu Kita Kartini karya WR Supratman yang telah menjadi lagu wajib nasional, kita layak merenungkan sosoknya yang hebat.
Ibu kita Kartini,
Penyuluh budi,
Penyuluh bangsanya,
Karena cintanya
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Pengurus DPP GUPPI
Pembina Yayasan Al Inayah Tangerang Selatan.
Pembina Yayasan Pendidikan Al-Ihsan Indonesia (YPAI) Anyar, Serang,